Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masuk UGD di Negeri Orang Susah Nggak Ya?

17 September 2017   07:52 Diperbarui: 17 September 2017   17:55 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi


Masuk UGD Di Australia

Seperti sudah pernah saya tuliskan,karena terpeleset dianak tangga pesawat,tulang rusuk saya cidera parah.Tapi karena overcondifident,saya bersikeras tidak mau ke dokter ,karena yakin akan sembuh sendiri,setelah beristirahat beberapa hari. Tapi ternyata semakin hari semakin parah .Batuk terus dan mengeluarkan darah . Akhirnya istri dan putri kami,tidak peduli saya setuju atau tidak,memanggil dokter datang kerumah,karena kondisi saya sudah cukup parah. Dokter datang dan kemudian memeriksa dengan teliti,serta menyarankan secepatnya saya dibawa kedokter specialis,karena mengalami perdarahan didalam.

Masuk ke Rumah Sakit

Keesokan harinya ,pagi pagi saya sudah dibopong ke Medical Centre di kota Wollongong. Di rujuk untuk rontgen,CT Scan dan Blood test .Hasil labor diserahkan kepada dokter Nguyen dan sesaat kemudian,wajahnya jadi tegang dan mengatakan :"Kondisi anda parah. Sekarang juga ke UGD" Sepucuk surat yang dibagian luar sampul tertulis :"Emergency Patient" diserahkan kepada putri kami.

Dari sini langsung ke Wollongong Public Hospital. Putri saya melapor ke Petugas dan memberikan surat dokter.Tidak sampai 5 menit,sudah tiba kereta dorong disamping saya dan tubuh saya digotong dan dibaringkan diatas kereta dorong. Sampai saat saya dibawa keruang UGD untuk menjalani pemeriksaan intensif. Modalnya cuma Medicare Card ,sejenis BPJS di negeri kita.Tidak ada antrian,tidak ada isi isian formulir dan tidak pake nanya apa apa.Yang penting pasien ditolong terlebih dulu. Saya sempat dirawat inap disini selama hampir satu bulan.Layanan yang sangat santun ,walaupun saya masih berstatus WNI.

Selama sebulan disana, setelah diizinkan pulang,ada tagihan sebesar 22.800 dolar atau senilai lebih dari 200 juta rupiah. Putra kami sudah membisikkan pada saya :" Papa,nggak usah mikir tagihan,saya yang bayar".Tapi ternyata,saya cuma menanda tangani 3 lembar surat dan tidak membayar satu senpun alias gratis.

Pengalaman Masuk UGD di Singapore

Tahun 1984,sehabis operasi,tiba tiba mag saya kambuh dan tengah malam saya dilarikan ke General Hospital oleh teman kakak saya ,Om Lee Lai Choon yang kini sudah almarhum. Langsung masuk ke UGD tanpa pake nanya ini dan itu.Baru setelah saya sembuh,disuruh menanda tangani surat dan membayar 4 dolar.

Tulisan ini tentu bukan bermaksud meremehkan layanan dinegeri sendiri.Karena walapun tinggal di Australia,tapi saya tetap mencintai tanah tumpah darah saya,yakni Indonesia tercinta! Melainkan sebagai sebuah masukan,yang mungkin ada manfaatnya.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun