Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Diskriminasi itu Terjadi di Depan Mata Kita

11 September 2017   08:28 Diperbarui: 11 September 2017   20:22 2445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: wajibbaca.com


Diskriminasi Masih Kental Menjadi Gaya Hidup Di Kota Besar
Merujuk kepada pengertian kosa kata :" diskriminasi" mungkin kita dapat mengambil dari dua sumber,yakni KBBI dan wikipedia,sebagaimana dikutip dibawah ini:

"Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.' Sumber: Wikipedia 

"Diskriminasi/dis*kri*mi*na*si/ n pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya" Sumber: Wikipedia 

Pemahaman Tentang Arti Diskriminasi Secara Dangkal
Diskriminasi tidak hanya terpancang, pada pengertian membedakan orang berdasarkan suku dan agama,tapi juga berdasarkan kondisi ekonomi,gender dan penampilannya. Salah satu yang masih kental menjadi gaya hidup, terutama di kota kota besar adalah penyimpangan prilaku kaum pria terhadap wanita. Hal ini dapat disaksikan,ketika kita menggunakan jasa bus umum maupun angkot.

Ketika menengok didepannya berdiri seorang wanita cantik, maka dengan sangat simpatik, pria yang duduk menggeser duduknya dan mempersilahkan wanita tersebut duduk disampingya. Tapi sebaliknya, bila yang berdiri adalah wanita yang sudah tua, maka pria tadi pura pura sibuk memainkan ponselnya atau pura pura tidur. Dan yang paling mencolok adalah meletakkan barang bawaannya disampingnya,agar jangan sampai nenek nenek duduk disampingnya. Hal ini berlangsung sudah sejak dulu dan masih berlanjut hingga kini.

Berada Di Zebra Cross
Perhatikanlah ketika berada di lajur penyeberangan.Ketika tampak seorang wanita cantik ragu ragu menyeberang,maka tanpa diminta,banyak pria yang mau membantunya menyeberangi jalan. Tapi sebaliknya bila yang akan menyeberangi jalan adalah seorang nenek nenek, bukannya ditolong,malahan diomelin :"Sudah tua ginian,masih jalan sendirian" 

Padahal mungkin nasibnya yang menyebabkan dalam usia tua renta,masih harus berjualan berjalan kaki mengelilingi kota. Hanya sedikit orang yang mau berempati pada sosok orang yang sudah tua dan berpenampilan kusut .Simpati dan empati akan membanjir tanpa diminta,kepada para selebriti atau wanita muda usia ,apalagi berwajah cantik.Dalam pemberitaan juga diskriminasi ini sangat jelas terbaca.

Cobalah tengok  bila ada berita dengan judul :"Seorang wanita cantik jadi korban perampokan " dan judul lainnya :" Seorang gadis desa jadi korban perampokan  " ,maka akan ada jumlah pembaca yang sangat berbeda .Seakan wanita cantik itu lebih tinggi nilainya dari gadis desa.  Apa namanya hal ini,kalau bukan diskriminasi?

Merambah Hingga Pengguna Jasa Pesawat
Gaya hidup yang diskriminatif ini,tidak hanya kental sebatas pejalan kaki atau pengguna bus umum dan angkot,tapi terbawa hingga ketangga pesawat. Seringkali saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri,kalau yang membawa tas atau barang naik ketangga pesawat adalah seorang wanita cantik, maka banyak pria yang sukarela, mau mengangkatkan barang bawaannya hingga memasukki pintu pesawat. Tapi giliran yang naik dengan susah payah menenteng barang bawaannya adalah seorang nenek nenek atau kakek kakek,amat jarang terlihat ada yang peduli.

Yang sudah terlanjur menjadikan sikap diskriminasi ini sebagai bagian dari gaya hidupnya,memang tidak gampang mengubahnya. Perlu mendidik anak anak kita,sejak dari kecil,agar dalam menolong orang lain, jangan bersikap diskriminasi. Menolong orang tidak melihat pada penampilannya,muda dan cantik atau sudah tua dan keriput. Kalau harus memilih, maka sesungguhnya orang tua seharusnya menjadi prioritas utama untuk mendapatkan bantuan.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun