Jangan Sampai Kita Ikut Menyebarkan Lelucon Yang Menyakiti Hati Orang
Lelucon atau lawakan ,dengan tujuan dapat membuat orang tersenyum atau tertawa,tentu saja merupakan suatu hal yang patut dihargai. Karena dengan humor segar kita dapat membuat orang yang sedang bersedih ,karena banyak masalah,bisa tersenyum. Tetapi sayang sekali belakangan ini, orang sudah tidak dapat lagi membedakan mana humor yang layak dan mana yang seharusnya tidak dijadikan bahan humor.
Kalau dulu yang dijadikan bahan lelucon  adalah musibah yang menimpa orang lain,seperti : kecelakaan pesawat terbang,pelecehan terhadap wanita dan humor yang menjurus kearah pornografi. Parahnya tidak sedikit orang orang yang berpendidikan tinggi,ikut ambil bagian dari lelucon kumuh ini
Humor Tentang Kekurangan Fisik Orang Lain
Belakangan ini yang lagi :"booming " adalah  humor tentang berbagai kekurangan fisik orang lain. Yang disebar luaskan lewat WA dan sarana medsos lainnya. Misalnya : humor tentang orang cadel,orang pincang,orang sumbing dan kelainan fisik lainnya. Yang tentu tidak etis bila saya ulangi menulisnya disini.Cobalah bayangkan seandainya yang cadel ,yang kakinya pincang atau buntung atau yang bibirnya sumbing adalah salah satu dari anggota keluarga kita. Masihkan kita mampu untuk ikut menyebarkan humor menyakitkan tersebut?
Mungkin perlu kembali kepribahasa lama:" Sebelum mencubit orang lain,cubitlah terlebih dulu diri sendiri" Â
Mencari popularitas diri ada banyak cara dan jalan lain ,yang dapat ditempuh secara terhormat dan tidak melukai orang lain .Menulis tentang hal hal yang bermanfaat bagi orang banyak,menuliskan tips tips tentang hidup sehat,tentang cara mengelola keuangan dengan benar dan sebagainya tentang pengalaman pribadi yang berharga,yang mungkin bermanfaat bagi orang banyak, Mengapa harus menuliskan hal hal yang dapat melukai dan menyakiti hati orang lain?.Semoga kita jangan sampai terjebak oleh cara mencari popularitas diri murahan ,seperti yang kini melanda di medsos.
Tulisan ini bukan menggurui ,melainkan sekedar saling mengingatkan .Karena kalau bukan kita yang saling mengingatkan,siapa lagi?
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H