Kopdar Dengan Kompasianer Isaro di PerthWalaupun tema Kompasiana sudah diganti dan bukan lagi :"Sharing and Connecting",tetap saja tidak ada salahnya melanjutkan tradisi,yang sudah berlangsung sejak pertama kami kami bergabung disini,yakni Oktober 2012. Kalau sewaktu di Wollongong,kami sempat mengunjungi Kompasianer Giri Lumakto,maka di Western Australia ,kemaarin tanggal 22 Agustus,kami berkendara lumayan jauh untuk mengunjungi bu Isaro.Walaupun belakangan ini ,sejak suaminya meninggal dunia,Bu Isaro sudah jarang menulis,tapi kecintaannya terhadap Kompasiana tidak menjadi luntur.Buktinya,ketika mendapat kabar kami sudah berada di Perth,maka langsung ada undangan untuk makan siang bersama.Â
Dengan bantuan GPS ,maka setelah berkendara lebih kurang 55 menit,akhirnya kami temukan kediaman bu Isaro,yang berseberangan dengan lapangan parkir Super IGARumahnya adem dan jauh dari kebisingan,karena agak masuk kedalam gang. Sejak suaminya Don ,berpulang,maka bu isaro ,yang menurutnya sudah mendekati angka 70 ,tinggal sendirian dirumah.Semua dikerjakan sendiri dan masih harus kerja part time untuk mengisi waktu .
Pada awalnya rencananya,kami akan makan siang dirumah makan Indonesia.Tapi ketika kami kesana,ternyata ada pengumuman bahwa restoran tutup pada hari itu. Maka kami langsung menuju ke Pusat Pembelanjaan Caousell. Yang lokasinya hanya sekitar 15 menit dari kediaman bu Isaro. Karena saya untuk pertama kalinya ke daerah ini,maka bu Isaro bertindak sebagai penunjuk jalan.
Food Court Yang Luas Dan Megah
Untuk mencari tempat parkir ,ternyata butuh waktu sekitar 10 menit,karena banyak sekali pengunjungnya. Padahal bukan weekend dan juga bukan hari libur. Memasuki ruangan Food Court yang luas dan tampak megah,agak bingung juga memilih mana yang mau di makan. Kaena sepertinya semuanya enak.Tapi karena kami diundang,maka kami mengikuti kearah mana bu Isaro melangkah dan berhenti di depan rumah makan Thailand.
Langsung jatuh hati pada Nasi Goreng,yang tampaknya semarak dan menggiurkan. Akhirnya kami bertiga memutuskan makan siang dengan nasi goreng dan daging sapi yang sangat empuk. Karena memang sudah lapar ,apalagi nasi gorengnya enak,maka dalam waktu singkat ,ketika piring kami bersih total.
Ketika mau dibayar,ternyata sempat terjadi argumentasi antara bu Isaro dan istri saya,karena masing masing mau membayar. Tapi kata bu Isaro :" Tradisi di Indonesia,siapa yang mengundang,itu yang meneraktir . Akhirnya istri saya kalah dalam argumentasi dan bu Isaro yang membayar seluruh makanan dan minuman.
Sehabis menikmati nasi goreng,kami berjalan berkeliling untuk melihat lihat suasana.Tiba tiba tampak lukisan 3 Dimensi di dinding,yang merupakan iklan bagi toko branded David Jones. Maka kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengabadikan bu Isaro dan Istri saya. Tampak digambar,seakan berada didepan pertokoan,padahal tokonya sedang dibangun. Namun gambarnya dilukis begitu piawai,sehingga tampak seakan toko yang sudah dibuka
Kompasiana sudah menjembatani ,sehingga kami dapat menjalin persahabatan,tidak hanya sebatas di dunia maya,tapi juga dalam berbagai pertemuan.Semoga kemesraan ini ,janganlah cepat berlalu.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H