Mengikis Formalitas Dalam Keluarga
Jaman sudah berubah. Kalau tempo dulu,saking hormatnya anak terhadap orang tua,sehingga secara tanpa sadar telah menciptakan jurang pemisah. Orang tua puas ,bilamana anak anak patuh dan tidak berani bertanya ,mengapa begini atau mengapa bukan begitu. Pokoknya tidak ada yang namanya diskusi. Apa yang keluar dari mulut orang tua,adalah perintah.Â
Bahkan antara kakak beradik juga hal ini diterapkan.Secara pribadi saya sungguh merasakannya. Walaupun bukan terlahir dari keluarga yang feodal dan juga bukan merupakan keturunan bangsawan manapun,tapi kehidupan dalam masyarakat diwaktu dulu,memang begitu.Yakni kepatuhan total. Anak patuh kepada orang tua dan istri patuh kepada suami,serta adik patuh kepada kakak .Kepatuhan yang kebablasan sehingga terjadinya gap dan menjadi penyebab,rasa hubungan kekeluargaan menjadi tawar dan serba formalitas. Seakan hubungan antara majikan dan anak buah.
Tanpa bermaksud mengritik siapapun,tulisan ini hanya menampilkan tinjauan hubungan dalam keluarga dari satu sudut,yakni :"tetap saling menghormati dan menghargai,tapi tidak ada dinding pemisah"
Sebagai salah satu contoh.Kemarin tanggal 18 Juli,istri saya berulang tahun ke 74. Sehabis makan bersama ,maka kami bernyanyi bersama sama.Diikuti dengan pemotongan kue. Adat kebiasaan tetap dijalankan,contohnya,potongan kue pertama diberikan oleh istri ,kepada saya .Kemudian baru dibagikan kepada mantu dan cucu  cucu,serta mantu cucu.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H