Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadilah Pemurah, Hindari Menjadi Murahan

12 Juli 2017   09:21 Diperbarui: 24 Agustus 2017   18:03 1808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Depositphotos

Pemurah ,Beda Total Dengan "Murahan"

"Give your smie to everyone,but give your heart to only one " (anonym)  Karena tidak tahu siapa pencetus pertamanya,maka saya tidak dapat menyebutkan sumbernya. Yang pasti bukan ide dari saya.Frasa dalam bahasa Inggeris tersebut,dapat diterjemahkan menurut kemauan sendiri sendiri,karena tidak ada larangan. Kalau menurut saya,maknanya adalah :"ramahlah kepada semua orang,tapi berikanlah hatimu hanya untuk satu orang ,yakni pasangan hidup kita masing masing"

Kembali Ketopik

Pemurah bukan hanya bermakna tebar senyum dimana mana,tapi lebih jauh ,orang dapat menjadi pemurah dalam berbagi. Kata :"berbagi" tidak musti dalam kontek bagi bagi :"angpau" atau bagi bagi saham. Karena berbagi memiliki makna yang sangat luas.Berbagi perhatian,berbagi simpati,berbagi kisah hidup yang mungkin ada manfaatnya bagi orang banyak. Dan tentunya,bilamana memungkinkan ,tidak ada salahnya berbagi secara materi,sesuai dengan kemampuan diri masing masing

Hal ini dilakukan,tentu bukan secara naif,karena ingin mendapatkan personal branded atau label :" Pemurah",melainkan semata mata merupakan panggilan hati nurani. Ikut tersenyum dan tertawa lepas dalam komunitas dimana kita berada,bahkan mungkin ikut bercanda ria di kantor ,maupun dalam semua suasana yang memungkinkan.

Waspadai Jangan Sampai Kebablasan

Manusia itu pada umumnya senang dipuji dan di kagumi .Karena itu perlu mawas diri,agar tidak mabuk karena pujian,maupun sanjungan. Tidak sedikit kita menyaksikan ,betapa orang orang yang selama ini mendapatkan tempat terhormat dalam hati kita,ternyata larut dalam euforia sanjungan diri,sehingga lupa daratan dan lupa lautan. Larut dalam candaan yang bukan hanya tidak santun,tapi sudah menjurus kepada candaan kumuh dan jorok.

Bahkan terkadang terlihat wanita juga tak luput dari jeratan ini. Entah apa yang dipikirkan atau mungkin juga sedang tidak berpikir,hingga ikut tertawa berderai derai,menikmati candaan yang untuk 71 tahun keatas. Bahkan hal hal yang sesungguhnya merupakan kegiatan suami istri dalam kelambu,juga ikut diungkapkan tanpa merasa bersalah sama sekali.

Mari sama sama kita pahami,bahwa :Pemurah" beda total dengan " Murahan" Jadilah orang yang Pemurah ,jangan jadi orang yang murahan

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun