Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Usia Panjang, tapi Jadi Beban

8 Juli 2017   18:33 Diperbarui: 10 Juli 2017   01:54 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usia Panjang, Seharusnya Jadi Berkah, Jangan Sampai Menjadi Beban

Usia panjang, tentu saja patut disyukuri. Sejak menginjak usia ke 60 tahun, saya mulai mendapatkan berita berita sedih, karena satu persatu teman sekelas semasa di SMA don Bosco meninggal dunia. Ada yang terkena serangan jantung, kanker, hipertensi, diabetes, stroke dan sebagainya. Kalau dulu, setiap kali ada kesempatan pulang kampung, saya sering bertanya tentang teman teman sekolah. Tapi jawaban yang saya terima membuat hati saya jadi ciut. "Oo kalau itu ,sudah lama meninggalnya atau " kan 2 tahun lalu sudah meninggal"  Hal ini diakibatkan, sejak  kami pindah ke Australia tahun 2006  dan nomor HP teman teman gonta ganti bahkan ada yang sudah tidak pernah lagi pegang HP maka kontak menjadi terputus. Sehingga kehilangan jejak teman teman dan baru tahu,setelah mereka meninggal dunia.

Hidup Mati  Ditangan Tuhan

Kalimat singkat padat ini,sering diterjemahkan secara keliru. Apalagi bila ditambah dengan kalimat :" Belum ajal, berpantang mati "Seakan akan setiap orang boleh hidup semau gue,makan sesukanya, tidak perlu menjaga kesehatan, karena kalau belum ajal berpantang mati.

Akibat kesalahan cara berpikir ini, terbawa berlarut larut, sehingga amat jarang orang yang mau sungguh sungguh memperhatikan kesehatannya. Baru cari dokter, kalau sudah terkapar sakit. Ternyata dokter bukan Tuhan, karena itu ada yang masih dapat tertolong dan ada yang harus menderita berbulan bulan, bahkan bertahun tahun, sebelum ajal menjemput. Bayangkan, kalau sudah tidak bisa mengurus diri sendiri, maka perlu seseorang yang harus membantu. Kalau anak anak hidupnya sudah mampan, bisa gaji perawat atau pembantu. Tapi bilamana kehidupan anak masih senin jumat,gimana jadinya? Bukankah hidup kita akan menjadi beban bagi anak cucu?

Mencegah Jauh Lebih Baik,Daripada Mengobati

Kalau selama ini termasuk tipe orang yang kurang memperhatikan kesehatan, maka mulailah hari ini. Jangan tunggu hingga keesokan harinya, karena hari esok belum tentu milik kita lagi. Sudah pernah menyaksikan,sore ini masih ketawa ketawa sambil bersenda gurau, tiba tiba keesokan harinya sudah tidak dapat lagi bergerak?

Langkah Langkah Yang Harus Dijalani

  • bersihkan pikiran dari segala hal negatif
  • pikiran negatif,akan hadirkan hidup negatif
  • hindari kursi goyang
  • hentikan merokok
  • makan secukupnya
  • disiplin olah raga setiap hari
  • hindari terlalu sering bergadang
  • hindari ketergantungan pada obat obatan
  • jaga agar suasana hati gembira
  • jangan biarkan dendam bersarang dalam diri
  • syukuri apa yang menjadi milik kita
  • jangan biarkan rasa iri tumbuh dalam diri
  • sebelum tidur ,biasakan introspeksi diri

Tidak Perlu Buku Tuntunan

Untuk menjaga kesehatan diri demi untuk mencegah atau meminimalkan gangguan kesehatan, tidak perlu buku tuntunan. Karena tuntunan yang terlalu muluk muluk, justru menyebabkan kita menjadi tidak tertarik untuk mengaplikasikannya. Kalau hidup bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit ?

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun