Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Hati Risau, Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita?

17 Mei 2017   20:59 Diperbarui: 17 Mei 2017   21:17 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Hati Kita Risau,Apa Yang Sebaiknya Dilakukan?

Kata :"risau" secara umum dapat dimaknai dengan perasaan yang bercampur aduk ,antara rasa sedih,cemas dan was was.Yang mungkin boleh disebutkan sebagai suasana hati yang galau.Misalnya ,hari sudah lewat tengah malam,tapi anak belum pulang dan sama sekali tidak memberikan kabar,padahal sejak pagi sudah meninggalkan rumah.Nah,dalam kondisi dan situasi seperti ini,sebagai orang tua,maka siapapun akan merasakan risau di dalam hatinya. 

Rasa kuatir dan was was,jangan jangan terjadi sesuatu yang tidak diingini ,namun sekaligus ada rasa sedih dan marah,karena merasa sebagai orang tua,sama sekali tidak dihargai oleh anak kandung sendiri. Padahal bawa HP dikantongnya dan juga sudah dibekali dengan uang secukupnya. Seharusnya ,kalau memang berhalangan ,dapat memberi tahu lewat telpon,WA ataupun sms. Mengapa hal ini tidak dilakukan? Semakin dipikirkan,hati akan menjadi semakin sedih dan galau. Setiap  kali menengok ke jarum jam yang terus bergerak,dari pukul 01.00 lewat tengah malam,kini jarum pendek sudah menunjukan ke angka 02.00 paraksiang.

Kondisi dan situasi seperti ini,tentu bukan hanya dialami oleh orang tua,tapi oleh hampir setiap orang dewasa.Bisa saja penyebabnya adalah istri atau suami yang hingga larut malam,belum ada kabar berita dan HP nya tidak dapat dihubungi. Setiap kali dihubungi,ada nada dari komputer:" Maaf,nomor yang anda hubungi,tidak menjawab"

Semakin lama hal ini berlangsung ,maka semakin larut jualah orang yang menunggu,dengan perasaan yang bercampur aduk,antara sedih,marah ,cemas ,was was dan gelisah. Secara tanpa sadar ,menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung. Disaat saat seperti inilah sikap mental seseorang diuji. Apakah mampu menahan diri,untuk tidak melampiaskan atau melibatkan orang lain yang tidak ada kaitan apa apa,dengan situasi dan kondisi suasana hati yang sedang galau.

Bagaimana Sebaiknya Sikap Kita?

Tulisan ini tentu tidak bermaksud menggurui siapapun,hanya sekedar berbagi sepotong kisah hidup.Karena sebagai orang yang sudah kenyang makan asam garam dan minum ,serta merasakan kepahitan empedu kehidupan,memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh kaum muda.Yakni orang tua sudah pernah mengalami masa muda,sedangkan kaum muda,belum pernah mengalami masa tua. Hanya itu.

Mengumbar kerisauan hati dengan melibatkan semua orang terdekat,tentu bukanlah cara yang baik ,dalam menghadapi kegalauan hati.Begitu juga menumpahkan kerisauan hati dengan jalan menegak minuman keras,juga bukan jalan keluarnya. Karena hanya memperburuk situasi.

Hal ini pernah kami alami ,ketika pada peristiwa :'tragedi Trisakti" putra kedua kami ,entah terdorong oleh apa atau siapa,tiba tiba ikut dalam rombongan demonstrasi mahasiswa.Padahal ia bukan alumni. Selamat tiga hari tiga malam, tidak pulang dan tidak ada kabar beritanya. Kami berdua bukan risau lagi,tapi sudah super risau dan galau.

Kami telpon semua orang yang kami kenal,namun tidak ada yang pernah kontak dengan putra kami dalam kurun waktu tiga hari,semenjak ia menghilang dari rumah.Kami melaporkan ke kantor Polisi,tapi tidak ada catatan bahwa nama putra kami ada dalam tahanan. Polisi menyarankan kami,mendatangi rumah sakit. Maka dengan perasaan tidak menentu,kami datangi beberapa rumah sakit. Menanyakan apakah nama putra kami yang sedang dirawat disana.

Karena tidak ada dalam daftar orang yang dirawat,kami disarankan untuk memeriksa ke kamar mayat,karena ada beberapa orang yang tewas,tapi belum ditemukan identitasnya. Dapat dibayangkan betapa risau dan galaunya hati kami berdua. Kami hanya bisa berdoa dan berusaha untuk tegar dan tidak melibatkan anggota keluarga ,serta kerabat kami,karena selain merepotkan mereka dibangunkan tengah malam,toh tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk membantu kami,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun