Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebelum Dapat Mendambakannya dan Setelah Dapat Bosan, Mengapa?

10 April 2017   19:08 Diperbarui: 10 April 2017   19:15 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika hidup dalam kondisi morat marit banyak hal yang begitu didambakan. Dari mulai hal hal yang tampaknya kecil dan sepele, hingga menyangkut berbagai kebutuhan lainnya. Apa yang didambakan oleh orang yang hidup di kolong jembatan atau digubuk, tentu saja berbeda dengan apa yang diimpikan oleh orang yang tinggal dirumah mewah dan sudah hidup berkecukupan.

Kalau bagi orang yang berkecukupan mungkin yang didambakan adalah kapan dapat memiliki Lamborgini atau kapan bisa jalan jalan keliling dunia. Tapi bagi yang masih berkutat kerja keras siang dan malam hanya untuk dapat mempertahankan hidupnya, maka mungkin saja menikmati sepotong roti berlapis keju adalah dambaannya

Setidaknya, saya pribadi pernah mengalaminya. Sehingga ketika suatu waktu saya dikasih sepotong roti  berlapis keju dan ham sungguh bagi saya merupakan makanan dari surga. Begitu dahsyatnya kegembiraan hati saya pada waktu itu, sehingga saya tidak sengaja tidak minum air sesudah menikmati roti tersebut perlahan lahan. Mengapa saya tidak minum air? Agar cita rasa dan kelesatannya dapat  bertahan lama dan saya bawa tidur.

Tetapi ketika  belakangan, kami berdua tinggal di Australia dan setiap pagi disediakan  roti berlapis ham dan keju, setelah beberapa hari kemudian tidak saya sentuh sama sekali dan saya beralih sarapan mie instant. Aneh,tapi setidaknya itulah yang saya alami.

Dulu Memimpikan Bisa Naik Pesawat

Selama belasan tahun memimpikan kapan dapat menikmati naik pesawat terbang. Baru setelah berusia tiga puluh tahun lebih baru impian tersebut menjadi kenyataan. Dan setelah itu sudah ratusan kali kami mondar mandir naik pesawat. Dan ketika berada di pernerbangan jarak jauh, seperti saat ini kami berada di pesawat Air Asia menuju ke Sydney sungguh terasa membosankan.

Karena mau membaca mata sudah lelah, mau tidur melulu selama tujuh jam juga tidak bisa, mengetik terus sudah ada petanda baterai hanya akan bertahan selama 11 menit lagi. Sementara, sisa penerbangan yang harus ditempuh masih 3 jam lagi. Mau ngobrol dengan "tetangga" orangnya tidur ngorok.

Tulisan ini hanya sebuah renungan diri, bahwa apa yang belum diperoleh didambakan dan diimpikan, tapi setelah memperolehnya menjadi bosan. Entah ini hanya perasaan saya saja? Sungguh saya tidak dapat menjawabnya.

Tapi  bersyukur, bahwa selain dari hal yang disebutkan diatas masih teramat banyak hal yang tidak pernah membosankan dalam hidup ini, malahan memberikan kegembiraan dan mengisi keceriaan dalam menjalani hidup keseharian. Semoga masih ada secuil hikmah yang dapat dipetik dari sepotong renungan ini.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun