Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengutuk Feodalisme, tapi Praktiknya Masih Kental dalam Keseharian

28 Maret 2017   11:19 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengutuk Feodalisme,Tapi Praktiknya  Masih Kental Dalam Keseharian

Sebagai bangsa Indonesia, kita semua sudah sejak lama mengutuk feodalisme.Baik yang masih dalam kemasan asli,maupun yang sudah dimodifikasi dan berevolusi  dalam bentuk dan warna yang berbeda. Orang berlaku  atau pura pura tidak tahu,bahwa sesungguhnya praktik feodalisme masih sangat kental dipraktikkan dalam ke seharian.

Untuk menemukan bukti bukti hidup,tidak perlu melakukan searching atau berselancar di google . Cukup menengok ke kiri dan kekanan atau jangan jangan hal itu terjadi juga dalam rumah tangga kita.

Atau tengok di kantor dimana kita bekerja. Ada nggak O.B atau Office Boy yang diajak duduk makan bersama Boss? Atau adakah O.B yang begitu nekad,sehingga berani mengajak Boss minum kopi bareng di cafe? Kalau Boss dengan Sekretaris duduk makan bareng,sudah merupakan hal yang biasa.Apalagi bila Sekretarisnya cantik dan Bossnya ganteng,Tetapi dalam kondisi yang normal,selalu ada jarak,antara majikan dan karyawan. Selalu ada sekat antara Nyonya Rumah dan Penmbantu Rumah Tangga. Yang walaupun belakangan ini,berusaha di angkat angkat atatu "dinaikkan pangkatnya" menjadi Asisten Rumah Tangga,tetap saja tidak ,mengubah posisi mereka dalam kehidupan nyata

Kalau ada pembantu rumah tangga atau sopir pribadi yang nekad mengajak Boss minum kopi atau sarapan pagi bareng di warung,mungkin keningnya langsung diperiksa,jangan jangan demam tinggi ,hingga mengigau atau kesurupan.Atau Boss akan bertanya :" Opo Kowe waras? "

Masih Manggil "Tuan dan Nyonya" ? Apa Saja Kata Dunia!

Kemarin kami bertamu dirumah teman. Sementara menunggu teman kami yang lagi ganti pakaian, Pembantu Rumah Tangganya keluar dan menyapa:" Maaf,Tuan dan Nyonya.mau di buatkan minuman ? Kopi atau teh?"dengan sikap tubuh setengah berjongkok. Kalau sekedar membungkukan tubuh,sebagai rasa hormat ketika berbicara dengan orang yang jauh lebih tua,tentu adalah hal yang sangat wajar. Tapi berjongkok dihadapan majikan atau teman majikan,membuat hati kita jadi sangat miris.

"Terima kasiih mbak,panggil saja kami,Opa dan Opa ya,nggak usah panggil Tuan dan Nyonya,kita sama sama orang Indonesia" ,kata saya kepada si mbak,yang bengong mendengarkannya.

Serasa kembali ke zaman Belanda.Tapi saya amat yakin,bukan hanya kebetulsan dirumah teman kami,tapi juga masih terus berlangsung dibanyak bidang kehidupan. Para Pembantu Rumah Tangga,yang dibujuk bujuk dengan istilah Asisten Rumah Tangga.tetap saja bersikap sebagai orang bawahan dan Boss.

Ada Pemisah Antara Boss dengan Pekerja Rendahan

Kemanapun kita -pergi di Wilayah Indonesia,selalu ada jarak atau sekat antara orang yang dianggap Boss dengan Pekerja Rendahan ,seperti :

  • Pembantu Rumah Tangga
  • Sopir Pribadi
  • Tukang Kebun
  • Ofice Boy
  • Cleaning Service
  • Tukang Batu
  • Tukang kayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun