Padahal dunia offline itu sangat berbeda dengan dunia maya. Dunia nyata memiliki alur dan falsafah hidup yang sudah kehilangan marwahnya di dunia maya. Di dunia maya,orang sudah hampir tidak lagi dapat membedakan mana yang layak dan mana yang melanggar norma kesantunan.
Hal ini di dunia nyata masih tetap eksis dan menjadi ciri khas masyarakat yang santun bahwa ketika berbicara dengan orangtua, ada kepatutan yang perlu dipelihara. Ada budaya dan kearifan lokal yang perlu dihargai. Ada tenggang rasa, tepo seliro dan saling asah dan asuh, yang kini sudah memudar dan menghilang dalam kehidupan di dunia maya.
Perlu Mawas Diri untuk Menjaga Marwah
Mawas diri,mungkin bagi kalangan muda,dianggap lagu kuno,tapi sesungguhnya tetap up to date untuk dijadikan pegangan hidup.Karena justru disinilah terletaknya ciri khas kita sebagai orang Indonesia yang sejak dulu,hidup dalam tata krama.Baik dalam kehidupan sosial,apalagi dalam kehidupan berumah tangga.
Bayangkan, betapa seorang anak,bisa memerintahkan orang tuanya hanya lewat mengirim sms : ”ayah, uang kuliah belum diterima”. Atau seorang istri merasa sudah cukup menghargai suami hanya dengan mengirimkan sms: ”Pa, aku lagi meeting di PKK. silakan makan saja sama anak anak” atau suami sms istri dari kamar: ”Ma, tolong dong bawa makan malam saya ke kamar, lagi asyik nonton bola nih”. Dalam satu atap, anggota keluarga, anak, istri dan suami mengunakan waktu yang ada untuk duduk dan santap malam bersama, tapi justru merasa lebih “enak” via sms saja.
Jurang ini bukan sebuah khayalan, melainkan sebuah ancaman nyata bahwa kecanggihan komunikasi via internet,merupakan hal yang patut disyukuri, tapi bilamana tidak di waspadai, internet juga dapat menciptakan jurang pemisah dalam rumah tangga. Perlu mawas diri untuk menjaga marwah hidup berkeluarga
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H