Penulis adalah  Pembaca .Sedangkan Pembaca Belum Tentu Penulis
Pintar menulis? Tentu patut disyukuri. Tapi jangan lupa, tanpa ada yang membaca ,sehebat apapun tulisan kita,tidak ada artinya, bila tidak ada yang membaca . Jadi Penulis, boleh boleh saja berbangga, bilamana tulisannya, masuk ke Headline atau Best Seller, tapi jangan pernah lupakan, bahwa semuanya tak lepas dari dukungan para pembaca.
Untuk belajar menulis dengan baik, tentu tidak pernah berhenti untuk membaca tulisan tulisan yang bermutu, sesuai dengan passion masing masing, Tanpa banyak membaca, maka  suatu waktu, akan terjadi stagnasi  dalam menuliskan sebuah artikel. Karena kehabisan ide, sementara seluruh pengalaman hidup sudah pernah dituliskan.
Oleh karena itu, seorang Penulis, walaupun bukan penulis terkenal,pasti adalah juga seorang yang senang membaca .Penulis adalah yang buah pikirannya dituangkan di blog umum dan dapat dibaca orang banyak. Sementara orang yang hanya menulis di catatan hariannya, tentu belum dapat disebut sebagai Penulis. Termasuk orang yang cuma menulis, OYOA - One Year One Article. Kesimpulannya adalah Penulis adalah Pembaca
Pembaca Belum Tentu Penulis,Mengapa?
Hampir setiap kali bertemu teman teman ,maupun kerabat ,selalu saya ajak untuk ikut menulis. Tapi rata rata jawabannya:
- " Saya selalu ikuti tulisan Opa, tapi menulis? hehehehe..
- " Sudah berkali kali mencoba menulis, tapi nggak pede untuk mempostingnya, khawatir ntar nggak ada yang baca, kan maluuu"
- "Untuk membaca bisa dimana saja dan kapan sempat saja Opa, tapi untuk menulis kan perlu tempat dan waktu khusus?" Lagi pula menulis itu kan perlu bakat ?"
- Ada begitu banyak alasan yang disampaikan,yang intinya adalah :" Membaca Yes, Menulis No"
Benarkah Menulis Butuh Tempat dan Waktu Khusus?
Jawabannya, tergantung pada masing masing orang. Bagi yang perfectionist, tentu saja, setiap gerak langkahnya, disesuaikan dengan alur dan jalur formalitas kehidupan. Mulai dari makan harus duduk menghadap meja makan. Menulis harus ada meja dan ada waktu waktu tertentu. Semuanya akan diperhitungkan untung ruginya. Menulis untuk apa? Untungnya apa ? Semuanya dikaji dari berbagai sudut. Â Dan itu adalah hak privacy orang, yang tak seorangpun berhak untuk melakukan intervensi.
Beda Gaya Penerapan Hidup
Bagi seorang yang sudah terbiasa hidup berpetualang, seperti misalnya diri saya sendiri,maka terapan hidup yang kami lalui, tentu saja beda alur dan jalur dan beda sudut pandang mengenai makna dan arti dari sebuah kepatutan.
Kami bisa duduk makan didepan meja makan, bisa makan tanpa risih dibawah tenda atau duduk lesehan makan nasi kucing di Yogya. Kami bisa berpergian naik pesawat, tapi bisa juga naik bus dalam perjalanan panjang belasan jam atau bisa juga mengendarai mobil pribadi dalam perjalanan sejauh seribu kilometer. Â
Menulis bisa di ruang kerja dirumah, bisa diatas kereta api yang sedang melaju atau selama penerbangan, maupun sambil duduk dibangku taman kota .Tidak ada pantangan dan tidak ada yang dirasa melanggar norma kesantunan, karena menyandang laptop pribadi dan bawa modem yang memiliki kapasitas wifi.
Input dan Output
Membaca tentu saja sangat baik, karena ada input atau masukan  ,yang menjadi asupan bermanfaat bagi otak kita. Karena otak menerima rangsangan rangsangan, baik berupa kisah kisah atau berita yang dibaca, maupun dengan memperhatikan gambaran yang menjadi pendukung tulisan tersebut. Akan tetapi input yang tidak diikut sertai oleh output, tentu tidak akan menghasilkan simbiosisme dalam diri kita.
Sementara ketika menulis,maka seluruh rangkuman yang dibaca, yang merupakan data bank masukan,memaksa otak untuk mengeluarkannya dalam bentuk output. Merangkum apa yang pernah dibaca, menyelaraskan dengan pengalaman hidup dan berjalan sesuai dengan alur dan kepatutan yang berlaku dimasyarakat, dimaka kita hidup.
Menulis Lepas dan Mengedit
Saya bukan tipe penulis yang dalam kapasitas mengajarkan orang bagaimana menulis yang baik,karena tulisan saya sendiri,masih teramat jauh dari dapat disebutkan tulisan berbobot. Kalaupun buku buku saya pernah menjadi masuk sebagai national best seller, itu hanya merupakan berkah Tuhan, bukan karena kemampuan diri saya. Kalau dalam istilah Tionghoa disebutkan faktor:" hokki" atau lucky.
Kalau dulu,tugas saya hanyalah menulis dan kemudian menyerahkan kepada Penerbit untuk di edit oleh Editor,kini saya menulis dan  sekaligus menjadi editor atas tulisan sendiri. Bahkan tidak jarang, masih dibantu oleh Admin,untuk membenahi judul yang tidak pas dan gambar yang tidak mendukung. Tapi hal ini tidak membuat saya berhenti menulis. Saya ingin terus belajar menulis, selama Tuhan masih memberikan kesempatan untuk itu.
Tulis apa Saja dan Kemudian Edit
Sejak dua bulan lalu, saya meningkatkan target bagi diri,bukan lagi One day One Article melainkan One day Two articles. Bersyukur, hingga hari ini, semuanya berjalan dengan baik. Walaupun jelas perlu ada keikhlasan diri  untuk selalu menyandang tas Laptop, bilamana kami berpergian dengan kereta api atau bus. Dan tentu tidak lupa, melengkapi dengan modem yang berkapasitas wifi,agar dapat posting tulisan dimana saja dan kapan saja.
Ketika duduk di tepi pantai,maka sambil menikmati indahnya pemandangan ,yang disertai secangkir kopi hangat,saya mulai menulis,tentang apa saja, yang ada didepan mata. Sekitar setengah jam siap,maka mulai mengedit dan menghapus pengulangan kata yang tidak  perlu,belum lagi ejaan kosa kata, yang tidak jarang masih terbawa ejaan lama. Maklum sekolah  dulu sewaktu masih disebutkan Sekolah Rakyat. makanya bahasa yang digunakan,masih terbawa gaya bahasa kuno.
Menemukan Gambar Pendukung
Menemukan gambar pendukung,bagi saya, jauh lebih rumit dari pada menulis artikelnya. Karena itu seringkali,dengan apa boleh buat,saya cantumkan saja foto foto pribadi, agar jangan sampai melanggar aturan,yakni posting gambar yang tidak disebutkan asal usulnya. Sementara free image, kebanyakan ada stempel besar, seperti :"SHUTTLESTOCK' pada wajah atau gambar yang akan digunakan, sehingga jelas akan tampil tidak cantik.Inilah salah satu kelemahan yang masih terus saya pelajari.
Artikel Cadangan
Untuk dapat memastikan bahwa rancangan one day one article, apalagi One day two article,tentu harus selalu ada "cadangan devisa" yakni artikel yang disimpan di dalam draft. "In case of emergency" Misalnya, selama seharian berpergian,sibuk bertemu teman teman,tentu tidak etis, sambil berbicara ,sambil menulis. Atau membawa tamu jalan jalan sepanjang hari. Pulang sudah malam dan artikel belum satu juga yang diposting.
Gimana caranya?
Nah, disaat saat inilah,artikel cadangan mulai di manfaatkan. Tinggal klik dan klik dan upload,sebuah artikel sudah terpublished. Selang mendekati tengah malam, mata sudah mulai 5 watt, kalau masih menulis artikel juga, pasti hasilnya ngawur, maka lagi lagi, cadangan artikel kedua diluncurkan, Dan kemudian tidur pulas.
"Cadangan devisa" yang sudah terpakai habis,esok subuh sudah harus diganti lagi ,dengan minimal dua artikel cadangan. Kemudian baru menulis artikel baru ,untuk di tayangkan.
Mudah atau Sulit?
Bagi saya pribadi,menulis adalah terapi diri dan sekaligus mengaplikasikan hidup berbagi melalui tulisan tulisan saya. Walaupun bukan merupakan tulisan yang hebat hebat dan dibaca ribuan orang,tapi bersyukur, ternyata tulisan saya banyak yang disharekan diberbagai blog dan bersifat universal.
Sehingga menulis bagi saya adalah sekaligus hiburan .Menjadikan menulis sebagai passion dari gaya hidup,tentu saja sama sekali tidak merasakan terbebani oleh target one day two article.
Sebaliknya,bila menulis lantaran ada keterpaksaan,tentu saja akan menjadikan semuanya serba rumit.
Manfaat yang Dirasakan
- Manfaat menulis yang sudah saya rasakan:
- menyingkirkan semua pikiran negatif
- menghadirkan kegembiraan hidup'
- menjadikan hidup lebih bermakna
- melawan lupa
- memberikan rasa bangga pada anak cucu dan kerabat
Tulisan ini adalah cara dan gaya saya dalam berbagi sepotong kisah hidup, bukan dalam konteks mengajarkan bagaimana menulis yang baik, karena sungguh diri saya,tidak dalam kapasitas tersebut
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI