Boro Boro Mau Jadi Orang Sholeh,Mau Jadi Orang Baik Saja Susah Banget
Sebagai orang tua,yang biasanya agak nyinyir,maka saya juga tidak luput terdistorsi oleh  kenyinyiran ini, yakni sering mengulangi ulangi apa yang pernah saya tulis,.Tapi tentu saja, saya tidak mau disalahkan, maka saya berpegang pada pribahasa :"lancar kaji,karena diulang ulang". Salah satu kalimat yang  selalu menjadi falsafah hidup saya adalah  mempersiapkan diri, untuk belajar dari setiap kejadian, betapapun kecil dan sepele tampaknya. Karena itu sejak saya melek huruf, tak pernah berhenti belajar, Baik untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan, maupun menggali  pelajaran hidup dari berbagai  peristiwa, untuk dipetik manfaatnya. Agar kesalahan yang dilakukan oleh orang lain, jangan sampai saya mengulangi dalam perjalanan hidup
Akan tetapi,walaupun sudah menghabiskan jatah hidup selama hampir 74 tahun dan belajar terus untuk menata diri ternyata untuk mata pelajaran hidup "Menjadi Orang Baik"saya tidak lulus. Makanya impian muluk muluk mau jadi orang suci atau orang sholeh, yang dikepalanya ada lingkaran bercahaya saya buang jauh jauh sekali.
Kisah Sedih di Hari Minggu
Sub judul ini, memang agak berbau curhat curhatan tapi kadarnya cuma sedikit. Seperti biasa,setiap hari ,disamping mewajibkan diri sendiri untuk menulis, saya juga wajib menjawab rata rata sekitar 70- 100 pesan yang disampaikan via WhatsApp, SMS dan via facebook. Terkadang saking ngantuk, tidak tuntas saya jawab. inilah salah satu kelemahan dan kekurangan diri saya. karena lebih banyak waktu untuk menulis, ketimbang membalas pesan masuk.
Salah satu curhat dari putera teman saya,yang katakanlah namanya Alwi, sudah beberapa kali curhat, tentang hidupnya yang lagi dirundung angin ribut dan gelombang. Karena bulan lalu  di PHK dari perusahaan, karena sering datang terlambat.
"Om., saya panik,mana kredit motor belum lunas, kontrakan rumah harus dibayar dan dua anak saya yang masih di SD butuh biaya untuk beli buku dan sebagainya. Gaji istri saya, hanya cukup untuk menjaga agar kami tetap dapat mencukupi kebutuhan pokok. Om ada saran untuk saya?"
Nah, segala macam jurus yang saya ketahui, sudah saya sampaikan, tapi selalu dijawab:" Susah Om, tidak mungkin". Karena saya tidak melayani hanya satu orang saja dan disamping  adalah sesuatu yang mustahil, saya dapat menangggung beban hidup orang lain, maka saya menawarkan,:'Alwi, kalau berkenan,mohon nomer rekeningnya. Saya akan kirimkan ala kadarnya, sebagai tanda perhatian dari saya"
Tapi, malam tadi, saya dapatkan jawaban ,yang membuat saya sangat terperanjat:" Pak Tjip.Maaf ,saya tidak mengemis. Saya cuma curhat, Terima kasih" Â Alwi'
Wah..wah wah,,,mengapa sampai Alwi begitu berang? Padahal menurut saya, niat saya baik dan sudah menyampaikan dengan santun. Tak ada udang ataupun kepiting dibalik batu. Karena sesungguhnya,saya berteman dengan Alwi, lantaran ayahnya semasa masih hidup adalah teman baik saya.
Begitu berangnya, sehingga panggilan :"Om" diganti,menjadi:" Pak Tjip".