Ternyata Yang Jualan Dagangan Halal Bukan Cuma Habib
Kalau tinggal di negeri orang, maka salah satu cara untuk bisa ketemu sesama orang Indonesia tentu tidak hanya sekali setahun dalam acara Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustusan. Bisa juga dalam kesempatan nonbar atau nonton bareng, ketika diputar film-film nasional di kampus. Disamping dapat menonton gratis, biasanya Panitia menyediakan makanan kecil untuk penganjel perut.
Nah, cara lain adalah ketika berbelanja di Asean Shop atau di Butcher Halal. Karena yang paling ramai berkunjung ke toko sejenis ini, selain orang Malaysia adalah orang dari Indonesia. Kira-kira sama halnya ketika kami diundang makan siang oleh Kompasianer yang bernama Lucy dengan suaminya Kevin. Walaupun Lucy hanya selaku "Silent Reader" di Kompasiana, tapi ternyata mampu menghafal judul-judul tulisan saya. Dan tentu juga isinya. Bahkan Lucy hafal nama-nama Kompasianer yang rajin menulis.
Kemarin kami ke Asean Shop yang bernama "OK" yang lokasinya sekitar 10 menit berkendara. Apalagi yang dicari disini, kalau bukan barang-barang kebutuhan masak seperti santan, bawang putih, jahe ,pala, cabe giling, tauco, kecap dan sebagainya. Sedang bertugas mengangkat keranjang belanjaan dari istri yang makin lama makin terasa berat, ee ketemu teman sesama orang Indonesia yang dulu juga tinggal di kota Wollongong.
"Ee Pak Tjip dan ibu, aduh koq bisa ketemu kita disini yaa?" sapa mbak Leila dengan wajah ceria. Dan seperti biasanya, kalau ketemu sesama orang Indonesia, walaupun belum pernah ketemu langsung  akrab. Apalagi kami sudah berkali kali ketemu dalam acara nonbar dan Agustusan di Wollongong dan ketika berbelanja di Toko Halal Habib, maka semakin asyiklah saling cerita. Hal-hal yang bersifat pribadi tentu tak elok saya tuliskan disini.
"Saya mengikuti jejak bu Rose Resign dari pekerjaan di bank dan menemani suami disini. Memang sih tidak mudah mengambil keputusan, karena untuk dapat diterima kerja di bank,butuh perjuangan keras. Nah, setelah duduk mantap, saya harus memilih. Tapi sesuai dengan saran Pak Tjip dua tahun lalu, bahwa family is the first, maka saya ikhlas berhenti kerja dan ikut suami disini." kata mbak Leila mantap. Leila yang baru berusia 34 tahun juga pembaca setia Kompasiana, namun belum sempat-sempat menulis. Begitu alasannya.
Hanya saja mbak Leila mengeluhkan bahwa rumahnya agak jauh dari toko OK ini, sekitar 30 menit berkendara. Sehingga setiap kali berbelanja, ya agak diborong sedikit agar tidak perlu bolak-balik. Menurut mbak Leila, di daerah sekitar Joondalup-Western Australia ini, hanya inilah satu-satunya toko dimana ia dapat berbelanja barang-barang kebutuhan dapur yang halal.
Saya cuma manggut-manggut saja, karena sungguh saya tidak tahu toko lain yang menjual kelengkapan untuk memasak masakan Indonesia yang lengkap selain dari Asean Shop ini. Kalau di Wollongong ada toko sahabat saya Habib.
Teman kami sesama orang Indonesia jelas bukan hanya Leila dan suaminya, Melainkan banyak lagi, terutama dikota Wollongong, Umumnya menggunakan kerudung, Dan mereka semua tahu bahwa saya dan istri beragama Katholik, tapi hal ini sama  sekali tidak berpengaruh terhadap hubungan persahabatan kami. Sempat saya terpikirkan, "Koq aneh juga ya, di negeri orang tidak kenal, malah jadi teman baik, Mengapa di negeri sendiri koq ada sekat-sekat pembatas? "Tapi tentu saja pertanyaan saya, hanya sebatas dalam hati, nggak tega saya sampaikan ke Leila maupun suaminya.