Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Tanggal yang Dikutuk Tuhan

25 Desember 2016   18:33 Diperbarui: 25 Desember 2016   18:49 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto di Burns Beach : dok.pribadi

Bahkan menurut catatan di wikipedia ,tercatat hampir 40 peristiwa bencana alam yang terjadi pada tanggal yang sama,yakni tanggal 26,walaupun bulan dan tahunnya berbeda beda.Dan beberapa diantaranya ,telah merenggur korban puluhan ribu jiwa.

Baru Dapat Menengok Benang Merahnya

Membaca semuanya ini,walaupun sama sekali tidak terpengaruh, tapi saya  dapt memahami,mengapa  Yanti dan yang lainnya, tergelitik untuk bertanya,karena setidaknya ada secercah godaan yang mengganggu ketenangan hati.Ada gambaran benang merah, antara tanggal 26 dan kecemasan dari beberapa orang,yang mungkin saja mewakili ratusan atau ribuan orang lainnya. Kita tidak dapat menerka nerka.

 Memang kalau sesuatu itu ,sudah harus terjadi ,akan tetap terjadi ,dan tidak akan terpengaruh pada apa yang dipikirkan manusia,.Tapi,setidaknya ,ada sebuah pertanyaan ,yang belum ditemukan jawaban yang tepat hingga saat ini.,untuk menjawab ,andaikata ada lagi "yanti yanti " lainnya,yang juga menanyakan tentang hari esok,tanggal 26 Desember.

"Ada apa dengan tanggal 26 ?" Kita tentu tidak boleh dan tidak mau  percaya akan hal hal yang berbau tahayul Juga ,tidak percaya pada ramalan ramalan.Tapi kalau bagi sebagian orang, data data yang ditemukan tentang  catatan ,bahwa petaka itu memang benar benar terjadi pada setiap tanggal 26, bagaimana seharusnya kita menyikapinya?

Tentu saja ,kita dapat bersikap cuek atau masa bodoh dan mengucapkan :"What ever will be. will be" Apa yang akan terjadi ,terjadilah. Akan tetapi bagi mereka yang terhipnotis pada catatan hasil searching di google dan dianggap tsebagai fakta,bagaimana cara kita menjawabnya? Memang bukan urusan kita,tapi dengan memberikan jawaban yang dapat menenangkan hati orang, rasanya tidak ada salahnya.

Mungkin ada  yang tahu jawabannya? Atau mungkin kita anggap ,mereka iseng iseng dengan maksud dapat hadiah,tapi malah iseng iseng yang ini dapatnya adalah kecemasan.?

Burns Beach,26 Desember, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun