" Celebrating Diversity" (Merayakan Perbedaan)
Hari ini, Minggu 11 Desember, 2016. Pagi tadi kami ke Gereja. Misa di mulai jam 08.00 pagi. Jam 7.30 kami sudah berangkat dari rumah.Saya dan istri berdua saja. Dalam pesan penantian hari Raya  Natal yang disampaikan oleh Pastor  adalah :"Celebrating in Diversity"
Sempat termanggu manggu saya beberapa saat,karena tiba tiba saja pikiran saya menerawang kembali ke indonesia.Rasanya pedih banget ,merayakan perbedaan di negeri orang,padahal di tanah tumpah darah sendiri,malah meributkan perbedaan.
"Ada peta di belakang Gereja.Silakan Bapak Ibu,periksa.Sekiranya lampu pada negara kelahiran 'Bapak ibu tidak menyala,mohon kami diberitahu,agar dapat segera dinyalakan. Baru satu keluarga yang tadi melaporkan bahwa peta di Bosnia ,lampunya tidak menyala. Dan sudah diperbaiki." kata Pastor  dalam pesan Natalnya. "Kita ingin mempersiapkan diri dengan mewujudkan dan menunjukkan bahwa kita semua ,dalam segala perbedaan yang ada dapat hidup rukun dam damai. Dan bersama sama kita menerapkan hidup berbagi. Khususnya bagi saudara saudara kita yang sakit dan menderita,tanpa membedakan mereka itu asal dari mana dan apa agamanya"
lebih lanjut,umat disarankan pada hari Minggu depan ,masing masing membawa satu bingkisan,ke gereja.Bukan untuk pastor,tapi untuk dibagikan kepada semua orang yang membutuhkan. Boleh apa saja, yang dianggap bermanfaat
Unity in diversity is a concept of "unity without uniformity and diversity without fragmentation" that shifts focus from unity based on a mere tolerance of physical, cultural, linguistic, social, religious, political, ideological and/or psychological differences towards a more complex unity based on an understanding that difference enriches human interactions.sumber: https://en.wikipedia.org/
Yang saya coba menterjemahkan dalam bahasa kemampuan saya,sebagai :" persatuan dalam keberagaman, tanpa harus menyeragamkan yang ada. Atau dalam kata lain:"kita memang berbeda dan perbedaan itu tidak harus diseragamkan, Tapi kita itu sama,yakni sama sama manusia ,yang sejajar dihadapan Tuhan.
Baik kesatuan berdasarkan toleransi fisik, budaya, bahasa, sosial, agama, politik, ideologi  yang lebih kompleks berdasarkan pada  pada pemahaman tentang  perbedaan yang dapat memperkaya diri ,dalam berinteraksi antar sesama manusia.
Berkumpul di Depan Peta Dunia
Selesai ibadah,semua berkumpul dibelakang,dimana tergantung sebuah peta dunia.yang dilengkapi dengan lampu lampu merah kecil yang menyala. Pandangan mata saya tentu yang pertama adalah menengok peta Indonesia.Ternyata lampu menyala dan bukan hanya satu ,malahan 3 sekaligus,yakni di Jakarta,Surabaya dan Medan. Mengapa Indonesia kebagian 3 lampu,padahal negara lain,seperti Cina, Rusia, Vietnam. Mesir, Turki. Iran, Afrika , Jepang,Philipina dan negara lainnya ,hanya satu yang menyala? Saya merasa tidak perlu harus bertanya,karena ada begitu banyak umat yang mau bertanya,kenapa lampu tanah kelahirannya tidak bernyala. Â Karena nama mereka belum ada di dalam daftar,sedangkan kami sudah sejak dulu kesini dan malahan sudah kenal baik dengan pastornya.