Ada Cafe di samping Gereja.Dimana setiap orang boleh masuk,tanpa menanyakan asal dari mana atau agamanya apa? Â Bagi yang mampu membayar 2 dolar,untuk secangkir capucinno dan sepotong kue tart. yang kalau di Cafe umum,harganya minimal 10 dolar. Karena baik kopi,capucino,teh dan kue kue ,disumbangkan oleh umat .Â
Dan seluruh hasil penjualannya akan disumbangkan untuk membantu para pengungsi. Seluruh yang melayani disana,maupun yang mencuci piring ,cangkir dan sendok garpu,adalah voluntir,yang sama sekali tidak digaji dan tidak diberikan honor.Bagi orang Australia,menjadi relawan atau Volunteer adalah sebuah kebanggaan.
Didalam suasana morning tea ini, adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lainnya dan menjalin hubungan persahabatan,tanpa membedakan asal muasal negeri ,tanpa menanyakan agamanya apa.
Diam diam ,dalam hati saya berdoa,semoga suatu waktu,suasana yang damai dan penuh tawa dan canda ,tanpa curiga ,menikmati secangkir kopi hangat, dapat dirasakan juga di tanah air kita.Semoga ini bukan hanya mimpi saya pribadi,tetapi juga menjadi mimpi semua orang Indonesia,yang memiliki niat yang baik. Sesuai dengan thema masa penantian Natal:"Semoga ada damai dibumi bagi semua manusia yang berkehendak baik"
11 Desember, 2016' (dipostingkan 12 desember 2016)
Tjiptadinata Effendi
*) catatan: semua foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H