Hari ini ,Minggu tanggal 11 Desember, 2016 adalah merupakan hari ulang tahun ke 52 Pepih Nugraha ,Pendiri Kompasiana,dimana kita semuanya  bergabung. Mengapa saya memerlukan untuk menuliskan artikel ini ,tentu ada sebabnya. Kami sudah beberapa kali bertemu .Dan dalam setiap pertemuan,saya mencatat beberapa hal yang membuat saya kagum akan sosok jurnalis kawakan ini. Bukan untuk memberikan sanjungan,karena secara pribadi,selain sebagai salah satu diantara 300.000 Kompasianers yang bergabung disini, saya sungguh sungguh tidak memiliki kepentingan apapun dengan Pepih Nugraha.
Yang mendorong saya menulis adalah kesan kesan sangat positif, yang bukan dicatat dalam buku catatan harian ,melainkan tercatat didalam hati saya dan istri. Sebagaimana  setiap orang boleh boleh saja menilai kepribadian saya,maka saya juga mempunyai penilaian tersendiri atas sosok orang yang sudah sukses membangun blog terbesar yang bernama Kompasiana  ini.
Sewaktu  saya menelpon pak Pepih ,untuk dapat hadir dalam acara ini,secara serta merta ,Pepih Nugraha mengatakan :" Baik pak, kami akan datang" . Bagi saya ,sebuah spontanitas yang sangat menyejukkan dan sekaligus penghargaan bagi kami berdua. Â
Pepih Nugraha datang bersama istri tercinta dan didampingi oleh Mas Isjet ,Mas Nurul Ujuy  ,Ella Yusuf, Nurhasanah,Wardha dan beberapa orang Kompasianers. Memberikan kata sambutan dalam forum keluarga besar dan teman teman yang berjumlah sekitar 200 orang di Hotel Jayakarta -Jakarta ,pada tanggal 2 Januari,tahun 2015
3 Kali Ditraktir Makan di Javaro Cafe
Mungkin saya dan istri,merupakan satu satunya Kompasianers yang paling beruntung, Karena tiga kali berturut turut,kami di jamu makan siang di Cafe javaro ,yang berlokasi di Gedung Kompas ,Palmerah -Jakarta Selatan.
Bahkan ketika kami datang, pak Pepih turun kebawah ,menjemput kami berdua. Kemudian diajak untuk diperkenalkan dengan teman teman Admin,yang menyambut kami dengan rasa persahabatan yang tulus
Sosok Rendah Hati
Dalam beberapa kali pertemuan, sosok Pendiri Kompasiana ini tak tampak secuilpun menampilkan diri sebagai sosok yang lebih pintar .Tak terbersit gaya bicara antara seorang pendiri Kompasiana dengan anggotanya. Bahkan terkesan menempatkan dirinya sebagai anak .Seperti yang beberapa kali terucap dari mulutnya :"Bagi saya ,bapak dan ibu ,sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri." Dan ketika saya menatap mata orang yang mengatakan kalimat ini, saya yakin hal ini diucapkan dari lubuk hatinya. Karena mata tidak dapat berbohong. Mata adalah jendela jiwa. Pepih Nugraha selalu berbicara dari hatinya,karena itu mampu menyentuh lubuk hati lawan bicaranya .
Dari segi usia,Pepih Nugraha sebaya dengan Putra pertama kami ,yang kini domisili bersama keluarga di Perth,dimana kamipun ikut tinggal bersama.Tapi dibidang tulis menulis,Pepih sudah melesat bagaikan anak panah lepas dari busurnya.