Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bertanggung Jawab Tidak Sama dengan Tanggung Menjawab

10 Oktober 2016   09:55 Diperbarui: 10 Oktober 2016   10:16 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan hidup ,banyak sekali ditemukan orang orang yang tidak dapat membedakan antara :”Bertanggung Jawab “ dan “Tanggung Menjawab”.Hal ini terjadi bukan hanya karena ketidak tahuan ataupun dikarenakan pendidiikannya tidak sampai kesana,melainkan  semata mata memperlihatkan sikap mental asli dari setiap orang.

Ada ribuan contoh contoh hidup yang sesungguhnya dapat dijadikan pelajaran hidup,bila saja orang mau belajar. Karena hidup itu sendiri adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. 

Contoh Kecil :

Kita sudah menunggu seorang teman,yang katanya mau bertemu dengan kita disuatu tempat. Menit menit berlalu,bahkan sudah lebih dari satu jam menunggu,sama sekali tidak ada kabar beritanya. Tentu saja sebagai seorang teman, kita mulai diliputi rasa cemas.jangan jangan terjadi sesuatu?  Apalagi ketika berkali kali dihubungi,baik via What,sApp,sms dan bahkan sudah ditelpon,hanya terdengar jawaban:” Maaf, nomor yang anda tuju,tidak menjawab”

Baru malamnya berhasil chatting via facebook.Maka terjadilah komunikasi sebagai berikut :

“Mas,tadi koq nggak datang? “

“ Oo yaa yaa.. hehehe …saya lupa ..maaf yaa hehe” – (asal menjawab)

“Aduh,maaf ya,,saya sangat sibuk ,tidak sempat menelpon” (tanggung menjawab)

Bila orang bertanggung jawab,seharusnya kalau sudah berjanji,walaupun bukan janji yang penting penting banget,seharusnya bila ada halangan,memberi kabar. Sehingga tidak membuat orang buang waktu menunggu dan buang energi,karena mencemaskan kita.

Memupuk rasa tanggung jawab, tidak dapat  terjadi secara serta merta,melainkan harus melalui hal hal yang kecil dan tampak sepele. Orang yang tidak dapat bertanggung jawab terhadap hal hal kecil,bagaimana mungkin dapat diharapkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap hal hal yang besar.

Bertanggung Jawab adalah Ukuran dari Harkat Diri Seseorang

Sesungguhnya, rasa tanggung jawab terhadap janji dan tugasnya,maupun rasa tanggung jawab dalam kehidupan sosial,seorang manusia itu ditakar harga dirinya. Kendati kaya raya dan memiliki sebaris titel,namun bila tidak mampu menunjukkan rasa tanggung jawabnya,maka orang menjadi tidak bernilai.

Tanggung jawab sosial

Sewaktu mau melangkah keluar apartement,tiba tiba tampak kain gorden diteras terbakar, tidak ada orang lain disana, Tampak ada kelengkapan alat pemadam kebakaran, Yang kalau menunggu hingga sekurity datang ,api akan semakin besar berkobar. Bukan tugas kita memang, karena sebagai penghuni apartement ,kita sudah membayar maintenance fee yang cukup mahal. Bila toh kita tidak berbuat apa apa dan terjadi kebakaran ,kita tidak bisa dituntut,karena bukan kita penyebabnya dan juga bukanlah tugas kita sebagai pemadam kebakaran. Tapi ada tangggun jawab sosial , dalam diri setiap manusia, yang memberikan kita pilihan,untuk terus berlalu atau mengambil tindakan pertolongan pertama dengan menggunakan alat pemadam kebakaran yang ada disana

Diwaktu lain, ketika sedang berjalan jalan ditaman atau dimana saja, tampak ada pecahan kaca didepan kita,yang dapat mencelakakan orang lain,yang mungikin tidak melihatnya.Apalagi bagi anak anak yang mungkin saja berlari lari tanpa sepatu. Disinilah rasa tanggung jawab sosial kita diuji. Secara hukum,kita sama sekali tidak dapat dipersalahkan ,apalagi dituntut,bila kelak terjadi ada yang terluka karena menginjak pecahan kaca tersebut.Tapi secara moral ,kita dituntut untuk melakukan suatu tindakan,yakni memungut pecahan kaca tersebut dan memindahkannya ditempat yang aman.Walaupun bukan urusan kita dan tak seorangpun menengok atau memuji tindakan kita tersebut Disinilah terletak tanggung jawab sosial kita dalam kehidupan.

Ada Korban Tabrak Lari

Suatu waktu, ketika sedang mengendarai mobil,tiba tiba tampak ada korban tabrak lari yang tergeletak dijalan raya. Korban tampak bersimbah darah dan tidak seorangpun yang bereaksi untuk menolong. Semua orang yang ada disekeliling,hanya tampak menonton,seakan kecelakaan adalah sebuah tontonan gratis yang menarik.

Sekali lagi ,bukan salah kita,karena bukan kita yang menyenggol dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kendaraan kita,baik langsung maupun secara tidak langsung.  Kita dapat memilih :

  1. Terus berlalu, seakan tidak pernah menengok korban tabrak lari tersebut
  2. Sekedar menengok, memotret dan terus belalu
  3. Turun dan membantu membawa korban kerumah sakit

Kembali disini, harkat diri kita sebagai manusia yang bermartabat diuji. Walaupun seandainya kita pura pura tidak menengok dan jalan teus,tidak aka nada hukum yang dapat menjangkau kita.Namun kita akan dihukum oleh suara hati kita sendiri.

Sekelumit Pengalaman Pribadi

Suatu waktu saya sedang menuju ke Teluk Bayur,karena ada urusan masalah pengangkutan barang barang yang  akan diekspor. Hal ini sangat penting,karena menyangkut masalah keuangan yang jumlahnya cukup besar.

Tiba tiba terdengar suara seorang anak menjerit dan kemudian jeritannya terhenti dan tubuh kecil itu tergeletak berdarah darah dipinggir jalan raya. Truk yang melandanya tancap gas. Pria yang tampaknya ayah si anak yang jadi korban,saking paniknya, bukannya menolong anaknya yang tergeletak,tapi malah berlari sekencang kencangnya mengejar truk tersebut. Mana mungkin manusia bisa mengejar truk yang sedang dikebut bagaikan kesetanan.Namun orang panik,kehilangan akal sehatnya.

Maka saya hentikan kendaraan.Saya minta kepada orang kampung yang ada disana untuk membantu menaikkan tubuh korban kemobil  dan ikut bersama saya kerumah sakit, agar jangan sampai saya yang dituduh menabrak si anak, Syukur yang diminta tolong, mengaku tetangga korban dan dua orang langsung menggotong tubuh anak tersebut dan membaringkannya dikasur mobil.Seluruh kasur basah dengan darah.

Langsung menuju ke Rumah Sakit Umum M. Jamil dan keruang UDG.  Meninggalkan sejumlah uang,agar anak ini mendapatkan perawatan secepatnya dan meninggalkan KTP dan nomor telpon saya. Selesai urusan saya di pelabuhan ,maka saya kembali lagi kerumah sakit.Syukur anak tersebut dapat diselamatkan,namun masih harus dirawat inap.Pada waktu itu belum ada BPJS  Maka saya diminta pihak rumah sakit ,untuk menyelesaikan sisa uang perawatan si anak ,yang  masih kurang kurang, Walaupun anak tersebut bukan siapa siapa saya dan sama sekali tidak ada hubungan kekeluargaan.bahkan hingga semua urusan administrasi selesai ,tak seorangpun mengucapkan terima kasih kepada saya. Namun  merasakan sebuah kebahagiaan ,yang hanya saya sendiri dapat merasakannya.

Hukum Tabur dan Tuai

Dilain waktu, saya yang terjatuh ,karena orang yang membonceng saya menabrak pohon.Tubuh saya terbanting dan tidak mampu bergerak . Tapi pikiran saya masih sadar dan dapat merasakan tubuh saya diangkat dan dilarikan kerumah sakit.Setelah itu kesadaran saya hilang.

Setelah sadar, saya mencoba mencari tahu,siapa yang sudah menolong saya,dengan niat,bila sudah sembuh akan saya kunjungi,untuk mengucapkan terima kasih.Namun dari pihak rumah sakit, istri saya hanya mendapatkan informasi,bahwa saya ditolong oleh tentara.tapi tidak meninggalkan nama dan alamat.

Ternyata hukum tabur dan tuai telah terjadi. Menolong orang tanpa pamrih dan ada saatnya, kita juga butuh pertolongan orang lain,entah siapa dan dimana.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun