Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Berharapkan Balasan, Untuk Hindari Kekecewaan

26 Agustus 2016   21:16 Diperbarui: 26 Agustus 2016   21:55 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk Hindari Kekecewaan, Jangan Berharapkan Balasan

Semakin banyak kita berharap,semakin besar kemungkinan rasa kekecewaan akan menimpa kita setiap hari. Berharap disini,dimaksudkan adalah melakukan sesuatu dengan mengharapkan balasan.

Menolong orang dengan berharap akan menerima ucapan terima kasih. Memberikan tips pada security dan berpikir, pasti ia akan berterima kasih. Atau argo taksi yang seharusnya hanya dibayar Rp.41.000 ,-- karena rasa empathy pada sopir taksi,maka kita berikan Rp.50.000 dan mengatakan kepadanya, tidak usah dikembalikan.

Namun ternyata hanya diterima begitu saja, tanpa ekspresi dan ucapan terima kasih. Kita kecewa,karena ternyata sopir taksi,maupun security atau orang yang kita tolong, sama sekali tidak tahu berterima kasih. Dalam rasa kecewa itu ,pikiran kita bisa saja terdistorsi dengan : ”Percuma saja berbuat baik, karena ternyata ketemu orang yang tidak tahu berterima kasih”. Sudah tertanam dalam hati kita,kelak kita tidak lagi akan memberikan tips, tidak lagi akan memberikan kelebihan uang kepada sopir taksi.

Secara tanpa sadar, terbentuklah sebuah rasa menyesal karena telah salah menolong orang dan telah keliru memberikan tips. Yang bila dibiarkan berlarut larut, akan mengkristal dalam diri dan menjadikan kita manusia yang apatis atau kehilangan rasa sympathy dan empathy pada orang lain yang sedang kekurangan ataupun kesusahan. Padahal masalahnya sangat sepele, yakni : ”orang yang ditolong, tidak berterima kasih”

Menolong Dengan Ikhlas

Untuk menghindari rasa kekecewaan merusakkan kedamaian jiwa dan mengotori hati nurani kita, maka jalan terbaik ,bukannya berhenti berbuat baik,tetapi menolong orang dengan ikhlas,tanpa mengharapkan apapun, termasuk ucapan terima kasih.

Sehingga dengan demikian, kita melatih diri dan sikap mental ,agar selalu siap menerima keadaan, apabila perbuatan baik yang kita lakukan,baik dengan menolong orang, maupun membantu secara materi dan sama sekali lupa mengucapkan terima kasih kepada kita.

Tidak Jarang Pemberian Kita Disepelekan

Bahkan tidak jarang kita ketemu orang, yang bukan hanya tidak tahu berterima kasih,malah menyepelekan  pemberian kita.  Saya sudah sangat sering merasakannya. Umpamanya,dalam suatu kesempatan ,ketika istri saya membagikan mainan kunci yang kami bawa dari Australia,ada komentar yang mengatakan:” Aduh, jauh jauh datang dari  Australia, koq Cuma bawa ginian ”Walaupun diucapan sambil ketawa, seandainya ,kita tidak siap diri,mungkin akan merasa kecewa. Bayangkan, membeli barang di Australia, walaupun harganya Cuma 5 dolar, tapi  khusus sebagai tanda  kenang kenangan. Tapi ternyata diterima dengan sikap tak menghargai.

Tapi karena sudah terbiasa memberikan tanpa mengharapkan ucapan terima kash,maka hal ini tidak menjadi masalah apa apa. Mendapatkan ucapan terima kasih ,tentu saja senang, Umpamanya; ”Wah, gunting kuku? Asyik,saya perlu nih”. Ucapan kecil,namun dalam ucapan tersebut sudah terangkum rasa persahabatan yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun