Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Harapan Berubah Jadi Tuntutan

29 Juli 2016   20:17 Diperbarui: 29 Juli 2016   20:20 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibatnya ,istri mulai menuntut, :” Mas ,koq sudah dua kali kita tidak rekreasi ,ada apa?”.Lupa bahwa pada awalnya, hanya berharap,bilamana suami memiliki dana dan kondisi memungkinkan untuk mereka refreshing, alangkah menyenangkan.Tetapi setelah sekali dua kali .harapannya terpenuhi,maka harapan tersebut sudah berubah menjadi sebuah kewajiban bagi suami,untuk setiap weekend atau Minggu ,membawa anak istri untuk refreshing.

Begitu juga sebaliknya, ketika suami menengok rumah selalu bersih dan apik,hatinya senang,karena harapannya terpenuhi. Namun bila disuatu waktu ,entah karena kecapaian dan kurang sehat,rumah tidak serapi seperti biasanya,suami mulai menuntut:” Ma.,koq rumah jadi brantakan kayak gini?”

Jangan Abaikan Hal Hal Kecil dan Tampak Sepele

Hal hal yang tampaknya kecil dan sepele,jangan pernah diabaikan. Karena bila dibiarkan berlarut larut, makan dalam keluarga sudah mulai tumbuh,rasa tidak senang ,yang semakin hari semaking meruncing. Dan tak ubahnya bagaikan api dalam sekam,suatu hari akan membakar emosi  pasangan suami istri.

Untuk menghindari terciptanya rasa tidak nyaman dan perasaan tidak senang dalam keluarga, alangkah baiknya antara suami dan istri berbicara secara terbuka, Membuat rencana bersama sama dan merundingkan segala sesuatu secara terbuka. Apa yang diharapkan suami dari  istri dan apa pula yang diharapkan oleh sang istri pada suaminya,Sehingga dengan demikian,tidak ada lagi dinding pemisah antara suami dan istri, Karena bilamana masing masing menyimpan beban pikiran dalam hatinya,maka pada saat itu sudah mulai membangun dinding permisah antara keduanya. Tidak kelihatan memang, tapi sangat berbahaya bagi keharmonisan rumah tangga.

Jauhkan Keharmonisan Semu

Mungkin saja pasangan suami istri dapat berbuat seolah olah tidak ada kejadian apa apa, Duduk berdampingan ,sambil menikmati secangkir kopi,namun pikirannya berada di alam yang berbeda. Hidup berkeluarga,bukan hanya berarti tinggal serumah dan tidur disatu tempat tidur,tetapi juga terutama menyangkut persatuan antara dua buah hati. Hanya dengan jalan ini, pasangan suami istri dapat bersama sama menghadapi berbagai masalah hidup,karena keduanya bersatu hati. Tidak mudah memang, tapi bila ingin rumah tangga tetap rukun lahir dan batin, inilah satu satunya jalan,yakni,jangan ada tembok pemisah antara suami dan istri.

ILuka, 29.07.16

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun