*Menulis bukan hanya untuk terapi diri sendiri,tapi juga dapat menjadi terapi jiwa bagi orang lain * (tjiptadinata effendi)
Membedah Peran Menulis Sebagai Terapi Diri
Menulis adalah terapi jiwa . Menulis adalah juga terapi diri dan menulis sekalgus melawan lupa. Daftar ungkapan ini tentu dapat diperpanjang ,karena setiap orang memiliki alasan tersendiri ,mengapa ia menulis.
Banyak orang mengangggap ungkapan tersebut hanya sebatas gagah gagahan atau sekedar lips service (pemanis mulut). Padahal menulis secara nyata dan sungguh sungguh berperan dalam :
- Memulihkan bagian bagian yang pernah hilang dari memory
- Menjaga agar memory yang sudah ada tidak terjadi frozen atau pembekuan
- Mencegah sedini mungkin, terjerumusnya diri kejurang kepikunan
- Berperan merangsang recovery /reproduksi sel sel otak yang luruh
- me recall hal hal yang telah terlupakan
Untuk Menulis Membutuhkan Energi
Orang tidak mungkin bisa menulis,bila sudah kehilangan energy .Kalaupun memaksa diri untuk menulis dalam kondisi energy mengalami drop down, maka hasilnya pasti tidak enak dibaca. Secara sadar ataupun tanpa sadar.hal ini telah menghadirkan pikiran positif dalam diri ,yakni :” Saya harus sehat, agar dapat terus menulis”
Satu langkah kita sudah maju ,karena dalam pikiran kita sudah tertanam :” Saya harus sehat” .Pikiran ini akan beresonansi keseluruh sel sel tubuh kita. Dan perintah otak memerintahkan seluruh sel tubuh agar tetap sehat. Resonansi dalam hal ini dapat disebutkan sebagai mengalirnya energy secara efisien dan efektif,untuk memacu diri ,tetap sehat
Tulisan Positif Berperan untuk Terapi diri dan Orang Lain
Tulisan yang dihasilkan dari pikiran yang positif akan menghasilkan juga tulisan yang mampu beresonansi secara positif, yakni mampu membuat ratusan dan mungkin juga ribuan orang yang membaca tulisan kita, merasakan getaran resonansi ini dalam dirinya Yang dapat berupa:”kegembiraan, rasa syukur ,rasa ketertarikan dan bahkan lebih jauh secara positif ,energy yang dipantul ulangkan lewat tulisan positif bahkan akan mampu menciptakan :” kecanduan” (addict ) bagi pembaca. Orang senang membaca tulisan kita,karena merasa di dalam tulisan kita, ada sesuatu yang membuat dirinya menjadi lebih baik.
Dalam ini berlakulah hukum alam ,yang dalam terapi bioenergy disebutkan sebagai :” distance healing” atau penyembuhan jarak jauh,melalui sarana dan prasarana sebuah tulisan. Orang bisa sakit hati membaca tulisan yang penuh dengan energi negative, seperti : tulisan bermuatan kebencian ,iri hati dan dendam kesumat. Tetapi sebaliknya ,bila kita menulis dengan hati yang damai dan pikiran yang jernih ,maka energi positif ini secara serta merta akan tertuangkan dalam setiap kalimat yang kita tuliskan.
Dalam berinteraksi dengan sesama manusia,baik secara verbal ,maupun dalam bentu komunikasi tertulis, terciptalah rasa suka dan tidak suka dalam hubungan antar manusia. Hal ini bukan karena disebabkan cocok atau tidak cocoknya kita dengan seseorang,tetapi terlebih karena energi positif ,tidak mungkin dapat menyambung dengan energy negatif.
Pikiran positif atau negative,tidak hanya akan mempengaruhi sikap mental dan prilaku kita dalam kehidupan sehari harian,tetapi sekaligus tertuang dalam tulisan tulisan kita. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sebuah tulisan adalah cerminan kondisi jiwa dari penulisnya.
Perlu menjaga agar selalu berpikiran positif,untuk menghasilkan tulisan yang positif pula. Karena menulis tidak hanya merupakan terapi diri sendiri,tapi bila ditulis dengan pikiran yang positif,maka hasil karya kita dapat berperan sebagai terapi jarak jauh bagi setiap pembacanya atau dikenal dengan istilah :” distance healing through a written “
Mengaplikasikan Secara Konsisten
Agar tulisan kita dapat berperan secara maksimal dalam proses terapi diri sendiri,maupun orang lain,tentu tidak dapat dilakukan kapan kapan suka atau lagi in the mood saja, Melainkan menjadwalkan secara konsisten dan mengaplikasikannya secara berkesinabungn. Semoga tulisan ini ada manfaatnya,Setidaknya membuka sebuah cakrawala berpikir, bahwa tulisan kita bukan hanya sekedar hobbi ,tapi dapat berperan jauh lebih besar, bila dilakukan dengan sepenuh hati. Mengenai mutu dari tulisan kita,tentu pembaca yang berhak menilainya, Tugas kita sebagai penulis adalah menulis dengan sepenuh hati dan dengan pikiran positif.
Tjiptadinata Effendi .26/07/16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H