Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Meratap! Bangun dan Melangkahlah

10 Juni 2016   09:55 Diperbarui: 10 Juni 2016   14:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meratapi nasib berlama-lama hingga keluar air mata darah hanya akan memperburuk keadaan. Tak akan ada yang berubah. Mengubah nasib tidak dapat dengan keluh kesah, ratap tangis, ataupun bermenung dan melamun sepanjang hari. Karena itu, berhentilah melamun. Bangun dan melangkahlah!

Bukankah ada peribahasa yang mengatakan ”A thousand miles of a journey, begin with one step?”. Sejauh apa pun hasrat hati untuk melanglang buana, selalu harus dimulai dengan langkah pertama. Tanpa melangkah, kita akan terpaku dan terpancang di tempat. Artinya, tidak akan ada yang berubah selama kita tdak mau melangkah. Karena itu, cara efektif untuk mengubah nasib adalah dengan jalan mulai melangkah.

Langkah Pertama: melangkah, artinya menapakkan kaki untuk maju. Melangkah untuk menghadapi segala problema hidup, betapa pun pahit dan getirnya. Inilah langkah awal dari cara untuk mengubah nasib. Jangan lari dari kenyataan karena orang yang lari dari kenyataan hidup, berarti sudah kalah total. Dan hidup ini adalah sebuah petarungan. Siapa yang kalah total, tidak lagi berhak mendapatkan kesempatan untuk memenangkan pertarungan.

Langkah Kedua: pahami bahwa di dunia ini tak akan ada yang mampu menggubah nasib kita, kecuali diri sendiri sendiri. Dalam kalimat lain, jangan mempercayakan nasib kita di tangan orang lain karena masing-masing orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Always be your self. Yakinkan diri bahwa di mana ada kemauan, pasti di sana akan ada jalan. Yakinkan diri bahwa sesudah malam, pasti akan datang pagi dan mentari akan bersinar lagi,

Langkah Ketiga: menyakinkan diri kita bahwa kalau orang lain bisa sukses, kita pun bisa. Mengubah persepsi tentang hidup berarti mengubah sikap mental, maka perilaku juga akan berubah. Jangan pernah menyerah, apalagi sampai putus asa karena bila orang sudah putus asa, berarti sudah menutup jalan hidupnya sendiri. Dan tak akan ada orang yang dapat menolong, Ibarat orang tidak bisa menolong orang yang tenggelam bila yang bersangkutan sendiri tidak mau ditolong.

Langkah Keempat: berhentilah melecehkan diri sendiri. Kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri, bagaimana pula orang lain bisa menghargai kita. Ada seribu alasan untuk tidak mau berubah: saya sudah tua, saya bukan sarjana, saya masih terlalu muda, saya tidak punya modal, saya kurang sehat, tidak ada yang mendukung saya dan seterusnya. Namun, hanya ada satu alasan untuk berubah, yakni ‘saya mau mengubah nasib!” Jangan terpana pada urusan sarjana ataupun tidak. Tengok bukti dan fakta dalam kehidupan bahwa orang-orang yang sukses bukanlah orang yang luar biasa dan bukan juga orang yang menyandang title berlapis-lapis, tapi adalah orang biasa biasa saja, namun memiliki tekad yang luar biasa

Langkah Kelima: Setiap manusia harus memiliki cita-cita atau impiannya masing-masing karena orang yang hidup tanpa cita-cita adalah ibarat berjalan tanpa tujuan. Tentukanlah target yang ingin kita capai. Hal ini akan menjadi motivasi diri. Karena motivator terbaik di dalam hidup ini adalah diri kita sendiri. Seperti kata Bung Karno, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang-bintang di langit." Kendati kelak kita tidak sampai ke langit, minimal kita sudah berubah.

Langkah Keenam: Do it now! Lakukanlah sekarang! Jangan membiasakan diri untuk menunda karena menunda akan memperlemah kemauan kita untuk melakukannya. Menunda berarti menutup peluang bagi diri sendiri. Menunda berarti juga meniadakan kesempatan untuk berubah. Jangan lupa, terkadang kesempatan hanya datang sekali saja dalam hidup ini. Bila kesempatan itu diabaikan, seumur hidup belum tentu kesempatan yang sama akan dapat diperoleh lagi.

Langkah Ketujuh: Memahami dan menghayati bahwa pada nasib kita akan tergantung juga nasib keluarga kita. Oleh karena itu, bila kita menyia-nyiakan kesempatan untuk mengubah nasib dan kelak keluarga kita hidup menderita, hal itu adalah karena kesalahan kita. Ada pepatah kuno yang tetap up to date untuk disimak dan dijadikan pedoman, yakni “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”.

B.B.M.

Kesimpulan bahwa secara singkat kesemuanya bermuara pada B.B.M. Yakni

  1. Berkerja keras dan pantang menyerah
  2. Berdoa
  3. Menunggu dengan sabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun