Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini Meratap!

21 April 2016   05:37 Diperbarui: 21 April 2016   07:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: biography.com"][/caption]Kartini Meratap!

Hari ini 21 April ,2016, diseluruh Indonesia orang merayakan Hari Kartini dengan beragam kegiatan. Di berbagai media sosial sejak dari subuh tadi ada ratusan tulisan "Selamat Hari Kartini!". Kita semua merayakan Hari Kartini dengan penuh suka cita, Kartini yang merupakan simbol kebangkitan kaum perempuan Indonesia, Bukan hanya bagi kaumnya dimasa hidupnya lebih dari seabad lalu, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia hingga saat ini dan seterusnya.

Namun, kalau kita membaca dengan hati, isi surat surat Kartini ternyata Kartini sedang meratap, menengok kondisi bangsanya yang tercabik-cabik. Mari kita simak sepenggal kalimat yang diutarakan Kartini lebih dari seabad lalu:

“Agama yang seharusnya justru mempersatukan semua manusia, sejak berabad-abad menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, pangkal pertumpahan darah yang sangat ngeri”

(selengkapnya silakan dibaca: Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902 - dikutip dari blog forum lintas batas)

Membaca, menyimak dan memahami satu persatu surat surat Kartini sungguh semakin menyatakan bahwa Kartini adalah seorang Visioner Sejati. Dalam kegalauan hati dan jiwa, Kartini  mampu ”melihat” lewat naluri kewanitaannya, apa yang sedang dan  akan terjadi seabad ke depan.

Ternyata kekuatiran Kartini ,memang benar adanya. Agama dipelintir-pelintir dan dinistai oleh segelintir orang untuk meraup keuntungan pribadi. Agama dijadikan arena untuk adu domba antar sesama umat beragama. Kenistaaan ini tidak merujuk hanya kepada salah satu agama tertentu, tapi sudah merasuk dan meracuni jiwa begitu banyak orang.

Agama dijadikan senjata dalam politik praktis untuk memenangkan perebutan kursi kekuasaan, bahkan agama begitu ternistakan, hingga dijadikan tombak untuk membunuh sesama saudara.

Bukan salahnya agama, melainkan akibat prilaku orang orang rakus kekuasaan dan harta, yang telah menistakan agama itu sendiri untuk meraup keuntungan pribadi dan sekaligus dianggap sebagai orang saleh. Mana ada agama di dunia ini, yang mengajarkan untuk tebar kebencian? Mana ada agama yang mengajarkan orang jadi munafik? Namun akibat ulah dari segelintir orang, yang justru seharusnya menjadi panutan orang banyak,telah menista dan merendahkan nilai nilai agama ,yang seharusnya dijunjung tinggi dengan rasa hormat.

Seandainya Kartini Bisa Menangis

Seandainya Kartini bisa menangis, maka dari dalam kuburnya ia akan terus meratap. Menengok anak anak bangsanya yang telah dengan sengaja menjadikan agama sebagai topeng untuk menghancurkan dan memporak porandakan kedamaian dan ketentraman untuk dapat menangguk di air yang keruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun