Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Awalnya Dianggap Lucu Akhirnya Jadi Penyesalan

7 April 2016   12:10 Diperbarui: 7 April 2016   12:45 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya tanyakan, katanya, kuatir menggunakan selimut dan sarung bantal yang ada di hotel, karena siapa tahu tidak bersih dicuci. Dan kita tidak tahu, siapa yang mengunakan sebelumnya. Jadi daripada tertular penyakit orang lain, makanya ia membawa sarung bantal dan selimut sendiri. Bayangkan betapa repotnya. Namun  gangguan kejiwaan yang mungkin sejak kecil, dianggap lucu dan jadi bahan tertawaan, ternyata berdampak sangat negative dalam hidup seseorang.

Bawa Penyedot dan Gelas Sendiri

Ada lagi teman yang lain, bawa gelas dan sedotan sendiri. Karena kuatir gelas yang disediakan di hotel, bekas diminum oleh orang yang berpenyakit tbc..Sedangkan sedotan dibawa, karena kuatir sedotan yang disediakan di hotel adalah sedotan hasil daur ulang dari plastic plastic bekas sampah. Entah dari mana ia mendapatkan gangguan kejiwaan ini, saya tidak tega menanyakan. Namun menengok ada orang harus bawa gelas dan sedotan kemana mana, sepintas seakan lucu, tapi sesungguhnya merupakan gangguan kejiwaan yang cukup serius.

Tidak Bisa Ke toilet selain di rumah sendiri

Kuatir ketularan berbagai penyakit, ada teman yang tidak bisa "kebelakang" ,selain dari di rumahnya sendiri, Maka bisa dibayangkan selama 3 hari 3 malam,kami berada di salah satu hotel. ia tidak bisa 'stor" atau buang hajat. Selimut bisa dibawa,sarung bantal juga bisa dibawa, Gimana mau bawa bawa toilet? Kedengaran lucu, tapi ini sungguh terjadi

Tengah Malam Keluar Untuk Beli Sikat Gigi

Sikat gigi setiap pagi dan sehabis makan tentu saja sangat baik. Apalagi sebelum tidur,agar bateri tidak merusakkan saraf saraf gigi.  Namun, bila hal ini sampai menimbulkan ketakutan yang amat sangat didalam diri, tentu sudah menjadi semacam gangguan kejiwaan.

Sehabis makan malam di restoran, kami pulang ke hotel. Namun menjelang tidur, pintu kamar diketuk, ternyata teman saya menanyakan apakan saya ada membawa sikat gigi yang masih baru, karena ia lupa membawa. Sedangkan hotel tidak menyediakan, karena bisnis centrenya sudah tutup. Karena saya tidak bawa bawa sikat gigi cadangan, maka malam itu juga teman saya naik taksi keliling kota,untuk mencari  mungkin ada mini market yang buka 24 jam, hanya untuk membeli sikat gigi.

Takut Kodok

Seorang wakil direktur dari sebuah perusahaan swasta, bercerita pada saya bahwa kalau menengok kodok ia gemetaran dan ketakutan. Padahal tubuhnya tegap. Masalahnya, ketika ia masih kecil, bila ia menangis, maka di dalam kamarnya dibawa masuk seekor kodok, agar ia mau tidur dan tidak rewel.. Karena hal itu dilakukan oleh orang tuanya untuk: "mendidik" nya menjadi: "anak baik dan tidak rewel", sudah menjadi semacam terapi wajib atas dirinya. Sehingga sejak itu tertanam ketakutan yang amat sangat terhadap kodok dan merasuk dalam dirinya hingga dewasa.

Bayangkan  betapa hal hal yang seharusnya merupakan informasi untuk menjaga kesehatan diri, ternyata berubah menjadi sesuatu yang menyiksa diri. Dengan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun