Ini hanya salah satu contoh kesadisan orang tua terhadap anak. Akibatnya, anak memilih untuk berbohong untuk menghindari hukuman dari orang tua.
Tidak jarang orang tua menjadikan rumah bagaikan barak militer. Semua harus serba teratur. Tidak boleh ada sedikitpun kesalahan, maka anak bukannya ditegur dan diberikan nasihat, tapi langsung dihukum . Orang tua ingin tampil menjadi keluarga yang sempurna di depan masyarakat. Merasa malu kalau sebagai tokoh atau panutan dalam komunitasnya ternyata rumah jadi berantakan karena anak-anak bermain.
Akibatnya, ”home sweet home” bagi anak-anak hanya merupakan slogan yang hanya enak dipajang dan didengar, tapi tak sekalipun mereka nikmati dalam hidup karena semua serba diatur dan tak boleh ada kesalahan sekecil apapun. Mereka ibarat hidup di barak barak militer, di mana diberlakukan disiplin yang kaku dan mati.
Akibatnya:
- Anak jadi pembohong untuk hindari tekanan orang tua,
- Kelak ketika mulai dewasa, melakukan perlawanan,
- Melakukan kekerasan terhadap orang lain, sebagai bentuk pelampiasan,
- Merasa lega ketika orang tua tidak berada di rumah,
- Bahkan diam-diam bersyukur ketika orang tuanya sakit atau bahkan meninggal dunia.
Saya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, ketika melayat di rumah duka, anak-anak almarhum bukannya sedih, malah menampilkan wajah ceria. Bercerita hillir mudik tentang kapan rencana pemakaman orang tuanya. Seakan kematian orang tuanya adalah sesuatu yang patut disyukuri.
Sangat melukai hati menengok hal ini. Tapi salah siapa?
Wollongong, 23 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H