Hindari Pemasungan Massal Dalam Keluarga
Hasrat hati agar ada ketertiban di dalam rumah tangga,tentu saja sangat baik . Ada disiplin antar anggota keluarga yang disepakai dan ditaati. Misalnya ada tugas bagi anak anak untuk secara giliran mencuci piring,membersihkan rumah dan pekarangan. Menyiram tanaman ditaman dan ada aturan lain yang mungkin juga diterapkan, bahwa pada jam 10 malam, suara tv sudah harus di offkan dan lampu dipadamkan.Agar anggota keluarga dapat beristirahat,tanpa adanya gangguan suara bising dari tv dan jauh dari cahaya lampu yang menyilaukan.
Namun bila tidak hati hati, keinginan hati yang terlalu mengebu gebu ingin menjadikan rumah tangga menjadi perfect, secara tanpa sadar dapat menggiring orang untuk memasung seluruh gerak anggota keluarga.
Seluruh aturan yang dibuat,harus ditaati begitu rupa, sehingga tidak memberi keleluasaan lagi bagi anggota keluarga. Kepala keluarga yang seharusnya mengayomi dan melindungi seluruh anggota keluarga, berbalik menjadi “polisi” ,yang memata matai seluruh gerak gerik anggota keluarga.Akibatnya terjadilah pemasungan massal dalam keluarga.
Hal Hal Kecil dan Sepele Diributkan
- Sekecil apapun kekurangan ,dapat menjadi pemicu keributan :
- Ada piring yang belum kering di dapur
- Ada pensil tergeletak di meja
- Tanaman yang kurang air
- Kaca jendela yang masih belum sempurna bersihnya
- Istri terlambat sediakan kopi
- Makanan kurang garam
- Pokoknya semuanya dituntut harus perfect
Kepala keluarga yang seyogyanya mengayomi, melindungi dan membimbing anggota keluarga ,secara tanpa sadar sudah berubah fungsi menjadi diktator dalam keluarga. Akibatnya terjadilah pemasungan massal dalam keluarga.Untuk sebuah kesalahan kecil dan sepele, istri dan anak anak bisa di tatar berjam jam lamanya .Bahkan ada hukuman tambahan : tidak boleh nonton tv seminggu atau semua mainan anak dikunci dalam lemari,untuk menciptakan kondisi perfect dalam keluarga.
Dari luar orang menengok seakan keluarga ini adalah keluarga yang perfectionist ,tetapi sesungguhnya tak lebih dari sekumpulan manusia yang terpasung. Dan ironisnya yang memasungnya adalah suami dan ayah dari anak anak ini.
Keluarga Adalah Tempat Awal Mempraktekkan Saling Asah dan Saling Asuh
Dalam slogan yang sudah menjadi acuan bagi bangsa Indonesia ini, sudah sangat jelas mencerminkan bahwa dalam hubungan sosial kemanusiaan, semua manusia berada dalam posisi sejajar,yang saling mengingatkan dan saling menghormati. Yang secara spiritual mencerminkan bahwa cinta kasih terhadap Tuhan,diterjemahkan dalam mempraktekkannya terhadap sesama ,termasuk tentunya anggota keluarga sendiri. Bahwa ada kepala keluarga yang dihormati adalah sudah selayaknya dalam keluarga,tapi bukan untuk ditakuti.
Kondisi pemasungan massal dalam keluarga ini sering kita tengok terjadi dalam sebuah keluarga ,dimana kepala keluarga menjadi otoriter,karena merasa sudah menjadi sosok yang memberi nafkah bagi seluruh anggota keluarga
Yang harus dinomor satukan dalam segala hal:
- Tidak boleh ada yang makan,sebelum Kepala keluarga makan
- Anak anak harus berhenti bermain, ketika :’boss” pulang kantor
- Semua harus tertata rapi
- Anak istri baru boleh makan,setelah ‘boss” selesai makan