Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke Perkampungan Warga Senior di Windang

21 Februari 2016   17:30 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:43 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke Perkampungan Senior Citizen di Windang

Perkampungan Senior Citizen di sini tidak ada kaitannya dengan Rumah Jompo seperti di Indonesia. Lokasi ini tidak ada bedanya dengan perumahan pada umumnya. Yang membedakan adalah bahwa yang boleh memiliki rumah disini adalah Senior Citizen. Lokasinya berada tepat dibibir Danau Windang.

Dari kediaman putri kami di Mount Saint Thomas membutuhkan sekitar 15 menit berkendara dengan santai. Begitu memasuki gerbang Windang Village ini, sudah terpampang harga rumah di papan yang di pancang secara mencolok. Harganya 131.000 dolar atau sekitar Rp 1.3 Milliar. Rumah sederhana dengan satu kamar tidur, satu garasi dan ruang tamu. Tentu harga rumah disini sangat bervariasi, tergantung lokasi dan luas bangunan.

Untuk yang lokasinya agak ke dalam, lebih murah. Yakni sekitar 100 ribu dolar atau seniliai 1 Miliar rupiah.Rumah terbuat dari kayu. Kamar tidur satu atau dua dengan garasi. Kalau di sini dikatergorikan rumah sederhana. Kalau rumah secara umumnya, harganya berkisar antara 600,-000 ke atas. Karena di samping ada pekarangan muka dan belakang, juga setidaknya ada 4 atau 5 kamar tidur

]

Keamanan  Kebersihan dan  Ketenangan Terjaga

Kendaraan kami tidak dapat masuk kedalam lokasi, karena harus menggunakan kartu akses, yang hanya diperuntukkan bagi para penghuni. Jalanan tampak bersih dan apik. Disebelah kanan terhampar danau Windang yang teduh. Tampak sepasang suami istri gaek yang duduk santai di pinggir danau, menikmati indahnya alam di sana

Pepohonan yang rindang, tampak sengaja di pelihara dan dijaga. Untuk semakin menambah keindahan perkampungan ini.

Kami parkir kendaraan di tempat yang sudah disediakan bagi para pengunjung. Dan sambil berjalan santai, kami menelusuri dari rumah ke rumah, hingga masuk sampai ke dalam lokasi. Tak ada suara radio atau tv yang berisik .Semuanya sangat tenang, sesekali tampak ada warga yang  berkendara dan tampak pengemudinya kira kira sudah sebaya kami.

Ada bangunan khusus untuk pertemuan warga, yang sudah terjadwal setiap minggu, sesuai dengan pengumuman yang terpajang di dinding bangunan. Ada klinik bagi yang membutuhkan. Sungguh tepat bila tempat ini dinamakan surga bagi para senior

Rumah Bisa Dicicil

Harga rumah di sini bervariasi, tergantung luasnya dan kamarnya. Bagi warga yang baru pertama kali membeli atau membangun rumah, pemerintah memberikan uang untuk membayar uang mukanya senilai antara 15 sampai 20 ribu dollar.  Rumah bisa dibeli dengan cara kredit, dengan catatan rumah dijadikan agunan atau jaminan. Jadi para warga senior dapat mencicil sesuai dengan besarnya uang pensiunan yang mereka peroleh.

Dalam hal ini, pemerintah Australia tidak membedakan antara penduduk yang sudah menjadi warga negara Australia dan yang berstatus Permanent Residence, seperti kami berdua. Jadi tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali, kecuali dalam hal, hak memilih dan dipilih dalam pemungutan suara.

Duduk diberanda rumah atau duduk dipinggir danau dibawah pohon yang rindang,sungguh merupakan saat saat yang damai. Walapun kami hanya satu jam singgah di sana, sudah dapat merasakannya

Fasilitas
  • Kegiatan warga senior ini boleh dikatakan penuh,misalnya:
  • setiap jumat main bingo, dijemput dan diantarkan gratis
  • ada kegiatan belajar mengajar yang disebut:" U3A" atau university of the third age,tiap minggu
  • ada pasar minggu, dimana para senior dapat menjual hasil lukisan dan kerajinan tangan
  • sehingga mereka memiliki penghasilan tambahan,selain dari uang pensiun
  • berenang bagi yang masih memungkinkan untuk berenang
  • menjadi voluntir dalam menampung sumbangan untuk pengungsi dan orang miskin
  • sehingga tidak ada waktu bagi para senior ini, untuk duduk melamun

Indonesia Juga Bisa

Semoga para lansia di tanah air kita, kelak akan dapat juga perhatian dari pemerintah, agar mereka juga dapat menikmati hidup dihari tuanya. Tidak ditinggalkan di panti jompo, tidak terlunta lunta dipingir jalan dan tidak hidup dalam kemurungan, serta menjadi beban anak cucu.

Walaupun mereka bukan pahlawan, namun setidaknya sudah memberikan hidupnya untuk negara dan bangsanya. Selayaknya, ketika memasuki saat saat dimana tenaga sudah tidak dapat lagi didaya gunakan, diberikan secuil kesempatan untuk menikmati masa tua mereka.

Semoga!

Windang Village, 21 Februari, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun