[/caption][caption caption="keterangan foto: dua kardus berisi pakaian baru dan bekas untuk pengungsi, yang kami sumbangkan atas nama Kompasiana di australia"]
Apa Yang Bagi Kita Tidak Penting, Bisa Jadi Bagi Orang Lain Adalah Sebuah Impian
“Maaf, Mas sudah punya HP?” tanya saya pada salah seorang petugas cleaning service di apartemen, di mana kami tinggal, di Kemayoran, Jakarta.
“Hmm belum, Pak. Boro boro beli HP, uang gajian untuk makan akan istri saya nggak cukup pak,” jawab Asep, yang berasal dari Garut dan sudah dua tahun bekerja di sini.
“Ini HP bekas mas, tapi masih bagus,” kata saya menyerahkan ketangannya HP Nokia yang dulu saya gunakan. Bagaikan tidak percaya akan penglihatan dan pendengarannya, Asep bertanya,” Sungguh ini untuk saya, Pak?”
“Ya benar Mas Asep” Jawab saya
Dengan tangan gemetaran Asep menerima HP bekas tersebut, yang padahal kalau dijual, paling laku cuma ratusan ribu rupiah. ”Alhamdulilah Ya Rabal Alamin… terima kasih …terima kasih, Pak. Sudah lama sekali saya impikan untuk membeli HP bekas, tapi tidak pernah kesampaian…” Kata Asep dengan mata berkaca kaca.
Sebuah Kejutan
Saya tersentak. Sebuah kejutan, begitu antusiasnya Asep menerima pemberian HP tersebut. Yang pada awalnya, jujur saya agak ragu, ketika mau memberikannya, karena siapa tahu maksud baik kita, bisa saja diterima dengan efek yang berbeda dan bahkan merasa terhina, karena yang diberikan hanya HP bekas.
Padahal dalam laci meja saya, masih ada 4 unit lagi HP bekas, yang tidak terpakai, namun raasa kekuatiran yang berlebihan, akan membuat orang merasa terhina, maka niat untuk membagikan HP bekas tersebut menjadi tertunda. Akibatnya semua HP bekas, tetap jadi penghuni laci meja saya selama beberapa tahun.
Dengan penerimaan yang begitu antusias dari Asep, mendorong saya untuk lebih berani membagikan barang barang bekas saya, termasuk beberapa jam tangan yang masih dalam keadaan baik, namun sudah model kuno. Ada beberapa yang baru,namun jam tangan souvenir yang saya beli di Hongkong dengan harga cuma beberapa puluh Hongkong Dollar.
Buku Buku Bacaan Bekas
Di rak yang menempel didingin, ada puluhan buku bacaan bekas,yang sudah tidak lagi dibaca. Awalnya dulu mau membangun perpustaan pribadi di apartemen, namun karena kami jarang berada di apartemen, maka niat tersebut berlalu tanpa terwujud, tapi puluhan buku sudah terlanjur terkumpul.
Sebagian dari buku ini ,saya packing dan dikirimkan ke Padang, kepada salah seorang teman saya yang berniat membangun perpustakaan untuk bacaan orang kampung.. 25 judul buku sudah terkirim dan ternyata diterima dengan sangat berbesar hati.
“ Alhamdulilah, buku sudah diterima dengan baik,Terima kasih pak,dengan modal 25 buku ini dan ditambah dengan belasan buku yang ada pada saya, sebuah perpustakaan mini sudah bisa saya buka dirumah. Anak anak tetangga sekarang rajin bertandang ,untuk baca baca..Saya tidak pungut biaya apapun, Setidaknya dengan jalan begini,saya sudah ikut andil dalam membangun dan mendorong niat membaca dilingkungan RT dimana saya tinggal.Terima kasih tak terhingga” bunyi pesan dar Pak Darman ,teman saya di padang.
Sebuah Refleksi Diri
Hal hal kecil ini, telah membuka mata hati saya lebih dalam, bahwa apa yang bagi kita tidak ada artinya dan mungkin juga selama bertahun tahun, menjadi penghuni rak atau penghuni lemari, ternyata bagi orang lain, berubah menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bahkan membantu mewujudkan harapan mereka.
Begitu juga dengan pakaian dan jas yang lebih dari selusin, mau kemana saya gunakan jas, sedangkan ke istana saja,cukup mengunakan batik?
Tapi selalu saya wanti wanti diri saya, bahwa niat untuk berbagi, harus diikuti dengan jalan yang arif dan bijak sehingga tidak membuat orang yang diberikan merasa terhina atau merasa dikecilkan.
Sumbangan untuk Pengungsi di Australia
Pakaian kami berdua,ada tiga lemari penuh di rumah putri kami. Lain lagi yang ada dirumah putra kami. Nah,mau digunakan ke mana pakaian sebanyak ini? Maka beberapa bulan lalu, kami bersihkan lemari pakaan dan memasukkan ke dalam dua kardus besar, untuk disumbangkan kepada para pengungsi dari berbagai negara. Kami berikan atas nama Kompasiana, Agar Kompasiana dikenal secara lebih meluas di sini.
Isinya adalah lebih dari seratus potong pakaian baru dan bekas, yang diterima dengan baik oleh organinasi yang berlokasi di Hill Street Illawarra.-NSW
Mau jadi orang baik, ternyata tidak mudah. Harus belajar ilmu yang bernama” Ilmu membaca hati”, agar niat baik, jangan sampai jadi bumerang bagi diri kita.
Iluka, 8 Januari, 2016
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI