Pantangan Yang Harus Dihindari Ketika Bertanya Diperjalanan
Malu bertanya sesat dijalan, Itu pribahasa lama dan kuno. Pribahas terkini ,yang diperoleh dari pengalaman hidup adalah :” Salah bertanya ,akan disesatkan dijalan” atau “Terlalu banyak bertanya ,akan menyesatkan pikiran”
Nah, agar jangan sampai terjadi ,justru setelah bertanya ,semakin sesat di jalan, perlu dicermati pantangan pantangan berikut. Prinsip dasarnya adalah pahami bahwa ketika bertanya , tidak mungkin menyetop kendaraan yang sedang melaju , Juga tidak mungkin masuk kerumah gedung untuk bertanya, Tidak juga kepada guru ,dosen atau mahasiswa yang sedang terburu buru ,agar tidak terlambat tiba di ruang belajar.
Maka sasaran utama tempat kita bisa bertanya adalah pada masyarakat ,yang kalau ditilik dari kehidupan sosialnya adalah masyarakat kelas bawah. Misalnya ke:
- Tukang beca
- Warung kopi pinggir jalan’
- Pemulung
- Bengkel sepeda motor
- Penjual bakso /bakmi
- Pengganguran
- Dan semua yang mangkal dipinggir jalanan
Pada umumnya mereka menjalani kehidupan yang berat. Suasana hati dan pikiran penuh sesak.Sedikit saja pertanyaan kita yang menyinggung hati ,maka kita akan menjadi tumpahan kemarahan ..Yang bisa dalam bentuk:
Membentak :” kalau mau nanya turun dari mobil anda”
Mereka tidak mau berpikir, bagaimana kendaraan bisa dihentikan dijalan dan pengemudinya turun dari miobil , karena hati dan pikiran mereka dalam kondisi sangat sensitive. Ada perasaan marah yang tertanam terhadap orang yang naik mobil . Karena semua yang berkendaraan dianggap orang kaya ,yang menjadi penyebab ,sengasaranya kehidupan mereka
Tauk tuh.
Tanpa menengok kepada orang yang bertanya, langsung menjawab:”tauk tuh” dan terus menekuni apa yang sedang dikerjakannya, ,Merasa kehadiran orang yang bertanya ,hanya mengganggu dirinya
Nggak menjawab dan pura pura tuli
Ada juga yang pura pura tuli dan tidak mendengar, walaupun sudah berkali kali ditanyai .Begitu kita berlalu, ia akan tertawa dan mengatakan:” gua kerjain tuh orang kaya”