Makan Semeja dengan Presiden adalah Masukan dari Intelijen?
“ Pak Tjip, apakah benar pak Tjip pernah dihubungi intelijen,sebelum undangan makan di istana ?” tanya seorang Kompasianer lewat What;sApp.
Terperanjat saya bacanya. Padahal saya sudah berusaha untuk tidak menyinggung nyinggung masalah makan semeja dengan RI -1,karena ada yang merasa terluka. Dan hal ini teramat menyedihkan hati saya.
Rasanya badai baru saja berlalu, koq datang badai lagi? Apa kejadian beruntun ini,,merupakan petanda bagi saya, bahwa memang benar benar saya harus berhenti menulis di medsos?
Saya hanya bisa menarik nafas panjang,rasanya kepala saya tiba tiba jadi merasa sakit , Padahal saya sudah berusaha mensterilkan semua tulisan saya dari hal hal yang dapat memicu konflik. Baik bersinggungan dengan politik ,apalagi bila berbau sara.
Belum sempat saya menjawab pertanyaan pertama, sudah masuk pesan kedua:” Pak Tjip, coba baca pesan ini :”
Makan semeja dengan Presiden di Istana Negara, adalah merupakan agenda Sekneg masukan dari inteli
Dan diantara yang makan semeja dengan RI =1 itu ,adalah diri saya. Apakah hal ini berarti ,bahwa diri saya termasuk target intelijen ?
Tapi, saya sama sekali tidak merasa pernah ada yang telpon menanyakan ini dan itu. Karena data data diri saya bisa dibaca oleh semua orang.
Antara lain:
- Nama lengkap
- Tempat dan tanggal lahir
- Kewarganegaraan
- Alamat di Jakarta
- Alamat di Wollongong’
- Alamat email
- Alamat gmail’
- Nomor Hp di Indonesia
- Nomor Hp di Australia
Seperti yang berkali kali saya sampaikan, bahwa hidup saya pribadi adalah bagaikan orang Cina jualan bakmi. Semuanya dipertontonkan dan dapat dibaca oleh siapapun. Jadi tidak perlu orang membuang waktu untuk mencari tahu ,siapa jati diri saya yang sebenarnya.