Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Raya Sumatera Barat- Termegah Terbesar Tahan Gempa

5 November 2015   06:54 Diperbarui: 5 November 2015   07:20 4247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang utama memiliki interior yang menarik dan unik. Pada tahun 2015 ini interior di dalam masjid baru dipasang, bagian mihrabnya dibuat menyerupai bentuk batu Hajar Aswad dengan atapnya terdapat ukiran nama-nama Asmahul Husna yang berwarna emas dengan latar putih. Karpet permadani yang digunakan untuk sajadah ini merupakan hadiah kiriman dari pemerintah Turki.

[caption caption="gambar rencana bangunan masjid raya sumatera barat (suriaatmaja,wordsress,com"]

Nah, uniknya, masjid ini tidak memiliki kubah melainkan beratap khas rumah Minangkabau. Masyarakat Sumatera Barat terkenal dengan pepatah Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, yang artinya adat bersendikan kepada agama, dan agama bersendikan kitabullah (Al-Quran).

Hal itu yang tercemin dalam Masjid Raya Sumatera Barat ini. Sebenarnya, atap masjid ini menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah. Bila diperhatikan, keempat sudut dari atap masjid ini berbentuk gonjong yang seperti yang terdapat pada rumah adat Minangkabau.[[/caption]

Kemudian, dinding masjid berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan empat sudut yang mengandung arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur.

Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu :

  • adat nan subana adat,
  • adat nan diadatkan
  • adat nan taradat
  • adat istiadat

Keterangan singkat:

adat nan subana adat adalah adat yang sesungguhnya. Yang tidak akan berubah karena perjalanan waktu .Hal ini tercermin dalam pribahasa :" adat nan tak lapuak den hujan dan tak lakang dek paneh"

adat nan diadatkan, bisa saja berubah ,sesuai perubahan jaman.

Dinding masjid yang memiliki ukiran segitiga yang didalamnya terdapat enam sudut ini sempat menjadi perbincangan berbagai kalangan, namun sebenarnya memiliki filosofi yaitu tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin (ulama, ninik mamak, cadiak pandai) yang harus memegang teguh rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.

Rencana Membangun Menara 99 Meter Senilai 80 Miliar Rupiah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun