Hidup tidak dapat dipatok, berdasarkan ilmu matematika. Misalnya: Jurusan Hukum Harus jadi penegak Hukum. Jurusan bahasa, harus jadi guru bahasa. Demikian juga jurusan ilmu pasti (exacta), harus jadi guru ilmu pasti. Semuanya tergantung pada kondisi dan peluang. Sekolah, kuliah adalah masa untuk pembentukan karakter dan pembinaan cara berpikir dan latihan dalam mengambil keputusan disaat saat yang tepat. Jadi tidak harus dipaksakan.
Istri saya lulusan IKIP ilmu exacta (ilmu pasti), saya sendiri IKIP jurusan bahasa. Namun kami menemukan peluang lain, yakni menjadi pengusaha. Maka pekerjaan sebagai guru, kami tinggalkan dan kami beralih ke bisnis. Ternyata bisa.
Putri kami, menyelesaikan study dibidang Interior Desain tetapi akhirnya bekerja sebagai tax consultant dan sekaligus di Kantor Pos.
Harus Berani Mengambil Keputusan yang Tepat
Berpikir itu baik. Karena itu dikatakan bahwa pikir itu pelita hati. Tapi terlalu banyak berpikir, akhirnya membuat orang tidak berani mengambil keputusan. Ibarat orang mengikuti lelang terbuka, terkadang kita dihadapkan pada pilihan, ”take it or leave it“. Saat saat penentuan inilah sikap mental kita diuji. Dan ujiannya jauh lebih berat, dibandingkan dengan ujian untuk meraih gelar sarjana. Karena dalam ujian sarjana,andaikata tidak lulus, maka masih ada kesempatan kedua dan ketiga untuk mengulangi ujian.
Namun dalam ujian hidup sekali tidak lulus, maka terkadang tidak ada lagi kesempatan yang kedua.
Jangan Lengah dan Mabuk Sukses
Jalan agar kita bisa selamat dalam menempuh ujian hidup, salah satunya adalah ”jangan lengah. Jangan mabuk kesuksesan“. Kita bukan tipe manusia yang gila uang, tetapi jangan lupa, bila tidak ada uang di tangan, bisa menyebabkan orang menjadi gila benaran.
Karena itu, jangan pernah biarkan peluang yang ada didepan mata lewat begitu saja. Karena apa yang sudah berlalu,tidak mungkin lagi akan kembali
Tulisan ini, mungkin saja dikategorikan sebagai tulisan ”noise” , suara orang pensiun yang berisik. Namun sesungguhnya, inilah jalan yang kami tempuh, dalam alih perjalanan dari dunia pendidikan ke University of Life. Dan dengan rasa syukur yang tak henti hentinya, kami berdua sudah lulus ujian kehidupan sehingga kini dihari tua, kami berdua dapat menikmati hidup layak.
Wollongong, 11 Juli, 2015