Istri Melayani Suami, Tapi Bukan Pelayan
Tak terhitung kalinya ,istri saya membuktikan kesetiaannya ,sebagai seorang wanita terhadap suaminya . Mendampingi ,menghibur dan menguatkan ,disaat saat saya berbulan bulan terbaring sakit. Dengan ikhlas menjadi sopir antar jemput anak anak sekolahan ,ketika saya terpuruk dalam jatuhnya perusahaan . Senantiasa menyemangati dan memberikan kekuatan untuk mulai lagi dari awal. Bahkan ,demi cintanya yang tak terukur kepada saya, Ia sudah mengambil sebuah keputusan yang amat berat,yakni meninggalkan posisi yang menjanjikan, justru ketika saat berada di puncak karirnya.
Terus bagaimana sikap saya ,sebagai seorang suami.? Bangga karena istri :” patuh” kepada saya? Atau sama sekali tidak memikirkan perasaan istri? Walaupun sebagai seorang pria,jauh daripada disebutkan sempurna,namun saya ingin membuktikan pada istri saya,bahwa kesetiaan dan pengorbanannya terhadap saya, tidaklah sia sia.
Saya amat memahami bahwa tidak mudah bagi seorang wanita,yang sepanjang tiga tahun , hidup dalam lingkungan kantor, dimana ia selalu menjadi titik tumpuan . Menjadi inspiratory dan motivator,bagi karyawan lainnya. Mendapatkan standing applaus,setiap kali menyampaikan pencapaian pencapaiannya di perusahaan. Tiba tiba harus menjadi seorang ibu rumah tangga. Tak kan pernah lagi ada applaus dan juga tak ada lagi orang orang yang berkumpul setiap senin pagi untuk mendengarkan aspirasi dan motivasi dari dirinya. Ia harus menerima, bahwa kodratnya sebagai wanita adalah mendampingi suami kemana pergi.
Seluruh Keuangan Saya Serahkan Kepada Istri
Sejak istri saya meninggalkan karirnya, maka seluruh urusan keuangan saya serahkan sepenuhnya kepada istri saya. ketika saya ajak istri saya ke bank untuk menghibahkan seluruh deposito atas namanya, ternyata istri saya tidak tegaan dan bersikeras nama saya harus ada di bank. Karena hal itu akan membuatnya lega dan tidak terbeban,maka saya ikuti.
Maka sejak saat itu istri saya memiliki kesibukan untuk mengurus keuangan kami. Pengeluaran untuk
- menyusun anggaran belanja bagi kami berdua
- mengatur urusan kado atas undangan pernikahan /ulang tahun
- maintenance fee apartement
- urusan perpanjangan STNK
- merancang atau menyusun rencana perjalanan kami keluar negeri
- mempersiapkan tiket,booking hotel dan melakukan pembayaran via online
- menyisihkan sebagian keuangan untuk kegiatan sosial seperti biasa
- membelikan saya sepatu, pakaian dan kebutuhan lain,tanpa pernah saya minta
- Pokoknya seluruh masalah keuangan ditangani istri saya.
- Sehingga istri saya memiliki kesibukan tersendiri setiap hari.
50 Tahun Pernikahan Istri Saya Tidak Pernah Periksa Dompet Saya
Hal lain yang saya kagumi adalah bahwa selama 50 tahun pernikahan kami,tak sekali jua istri saya memeriksa dompet saya. Begitu pula sebaliknya, saya tidak merasa perlu membongkar tas istri saya,