Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Seorang Sahabat Palsu Lebih Berbahaya dari Ular Berbisa

27 April 2015   10:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14301048501531282871

[caption id="attachment_380354" align="aligncenter" width="202" caption="bermain dengan ular berbisa,bukan sesuatu yang lucu/tjiptadinata effndi"][/caption]

Seorang Sahabat Palsu Lebih Berbahaya dari Seekor Ular Berbisa

Seorang sahabat yang palsu , lebih berbahaya dari seekor ular berbisa.Ular berbisa hanya dapat membunuh satu orang Karena bila seseorang dipagut ular berbisa, maka kalau tidak cepat mendapatkan pertolongan ,maka ia akan berada dalam bahaya maut. Namun seekor ulang berbisa, tidak akan mungkin mendatangi dan menggigit seluruh anggota keluarga.

Tapi bila seorang yang kita anggap sahabat karib dan kita percayai sepenuhnya, bilaia menghianati kita ,maka bukan hanya kita pribadi yang akan menderita, tetapi seluruh keluarga, bahkan sahabat sahabat kita akan ikut menderita karenanya.

Hal ini bukanlah sebuah imaginasi atau karangan belaka, melainkan sudah saya alami berkali kali. Yang kalau dituliskan kembali, akan menghadirkan kejenuhan, bagi yang sudah membacanya.

Hidup akan menjadi bermanfaat ,kalau kita mau berbagi ,bukan hanya kisah kisah perjalanan menakjubkan,maupun perjalanan wisata keliling dunia,tetapi juga kisah kisah menyakitkan dan menyedihkan. Agar mengingatkan orang lain,supaya tidak terjebak pada lubang yang sama.

Mengapa Justru Orang-orang yang sangat dekat, justru paling sering melukai kita?

Karena saking yakin dan percayanya kita, maka secara sadar ataupun tidak, menyebabkan kita:


  • Menjadi lengah
  • Tidak waspada
  • Membuka peluang

Jangan lupa, bahwa tindakan kejahatan terjadi, bukan semata karena ada niat jahat yang melakukannya, tetapi juga karena ada kesempatan untuk melakukannya. Nah, ironisnya justru kita sendiri yang membuka peluang itu. Maka pengkhianatan itupun terjadilah.

Orang Tua Kehilangan Tongkat Berkali kali

Kalau kata pepatah, takkan dua kali orang tua kehilangan tongkat, maka pada diri saya, pribahasa tersebut tidak berlaku. Karena saya “kehilangan tongkat berkali kali”. Dalam peristiwa yang besar,minimal ada 3 (tiga ) kali,yang hampir merenggut nyawasaya. Oleh karena itu ,bahwa saya masih hidup hingga saat ini,adalah semata mata belas kasihan Tuhan.

Terus Apakah Kita Harus Mencurigai Semua Orang?

Tentu saja, adalah sangat naïf, bila kita mencurigai semua orang yang ada disekeliling kita. Hidup seperti apa yang akan kita jalani,bila pikiran dan hati dipenuhi oleh kecurigaan dan was was? Namun, sebuah kepercayaan selalu ada batasnya, kecuali kepercayaan kita terhadap Tuhan.

Ada koridor yang tidak boleh dilewati dalam sebuah persahabatan, karena hal ini sudah dilanggar dan tidak ada lagi batasannya, maka yang sering terjadi adalah:


  • Sahabat baik mengaet suami sendiri
  • Atau sahabat baikmengaet istri
  • Orang dekat  menodai anggota keluarga
  • Orang dekat  menghabisi sahabatnya sendiri karena uang

Sekali lagi, kejahatan tidak terjadi karena ada niat saja, tetapi justru karena kesempatan yang terbuka untuk melakukannya. Dan tidak jarang, justru kita sendiriyang membuka kesempatan tersebut, sehingga orang yang tadinya sahabat baik kita, tergoda oleh kesempatan yang kita bukakan dihadapannya, karena kelalaian kita.

Misalnya dengan mengijinkan istri sendiri sering ditemani oleh sahabat baik kemana-mana, karena kita tidak sempat. Atau sebaliknya karena istri sibuk mengejar karir, sehingga mempercayai sahabat baiknya untuk menemani suami kemana mana. Bila hal ini terjadi,maka secara tanpa sadar, kitalah yang telah membuka peluang untuk terjadinya penghianatan dan ikut bertanggung jawab secara moril.

Tulisan ini ,jauh dari maksud menggurui, namun pengalaman hidup saya, yang begitu percaya pada sahabat baik,sehingga mempercayai surat surat penting, yang seharusnya berada ditangan saya. Akibatnya berkali kali saya terjebak dilubang yang sama.Ditipu dalam jumlah yang besar. Dihianati sehingga ditangkap dan ditahan, Akta notaris di ubah isinya, karena over kepercayaan.

Semoga setidaknya tulisan ini, dapat mengingatkan kita semua, bahwa segala sesuatunya ada batasan, ada koridor ,yang merupakan privacy kita dan tak boleh dimasukki oleh orang lain, selain suami dan istri.

Wollongong, 27 April, 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun