Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Kita Patut Menghargai Tulisan Kita Sendiri?

12 April 2015   15:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Kita Patut Menghargai Tulisan Kita Sendiri?

Menulis itu memang gratis. Tapi untuk menulis kita perlu kelengkapannya.,antara lain :


  • Laptop
  • Jaringan internet
  • Modem
  • Camera

Yang tentunya keempat jenis peralatan ini sama sekali tidak gratis. Butuh dana yang cukup banyak Apalagi bagi yang hobbimondar mandir seperti saya,tidakcukup memiliki satu modem.Kalau mau tetap konsisten mempublish artikel, perlu beberapa jenis modem,sesuai dengan fasilitas yang ada di berbagai daerah. Karena semisalnya Bolt ,yang harganya lebihdari satu juta rupiah, bagus untuk daerah Jakarta,tapi tak berdaya didaerah lain. Begitu juga dengan jenis lainnya. .

Dalam kata lain, untuk belajar menulis , setidaknya dibutuhkan modal , . Kecuali yangdapat kesempatan .,menggunakan fasilitas kantor,tentunya tidak termasuk dalam kategori ini.

Butuh Waktu dan Tenaga

Untuk mempersiapkan sebuah tulisan, kita butuh waktu., terkadang kita korbankan waktu istirahat kita untuk dapat menulis dengan konsisten. Kita kunjungi candi, tempat wisata atau hiking ,serta melakukan jelajah hutan ataupun mendatangi sumber /objek berita. Butuh waktu ,tenaga danbiaya, demi untuk mendapatkan data dan foto foto yang akurat. Terutama yang berhubungan dengan artikel : wisata dan berita.

Bagus itu relatif

Tulisan yang menurut kita bagus, bahkan mungkin sangat bagus dan sudah bersusah payah untuk mendapatkandata data ,serta gambar gambar yang akurat, bisa saja bagi orang lain dan bagi Admin, tidak menarik. Sehingga tulisan andalan kita tersebut ,seakan masuk kotak. Dibaca 20 orang dan terpancang hingga disana,tak ada lagi peluang untuk dibaca orang, karena sudah turun dari panggung.

Kita tentu harus jujur pada diri sendiri, bahwa kendati kita sudah menjadi penulis beberapa buah buku atau malah kita sudah menjadi dosen ,yang mengajarkan orang tentang tulis menulis, bila tulisan kita masuk kotak ,tentu kita tidak gembira ,Atau dalam kata yang lebih keras,kita kecewa.

Tulisan yang “tidak laku” Jangan Dihapus

Tulisan tulisan kita yang :”tidak laku” atau sepi pembaca, jangan secara serta merta dihapus dariblog. Inilah saatnya proses pembelajaran diri, Kita baca ulang kembali tulisan kita,dimana letak kesalahannya.


  • Mungkin kita menulis sesuatu yang sudah ditulis orang sebelumnya
  • Topik yang sama sekali tidak menarik orang
  • Artikel yang senada sudah berserakan dimedia media
  • Tulisan kita terkesan menggurui
  • Tulisan kita terlalu akademis
  • Atau terlalu rumit untuk dipahami
  • Dipostingkan disaat ada kesibukan lomba /kompetisi

Dengan rendah hati , melakukan introspeksi untuk setiap tulisan kita,maka berarti kita sudah mulai masuk kedalam tahap pembelajaran diri.

Tulisan tulisan yang masuk kotak ini, bisa kita evaluasi dan diedit ulang, sehingga sesuai dengan selera pembaca,namun tidak sampai kehilangan esensialnya.Mendaur ulang tulisan kita sendiri ,tak ada salahnya,selama mengikuti aturan mainnya. Beberapa tulisan saya yang sebelumnya sama sekali tidak dilirik pembaca, setelah saya baca ulang, saya baru memahami, bahwa kontentnya sangat dangkal.Sehingga jauh dari tulisan yang bisa disebut :" bernas" (meminjam istilah Mas Isjet).

Setelah di daur ulang dan dilengkapi dengan foto foto pendukung yang upto date, ternyata di tempatkan di kolom HL dan dibaca ratusan orang, Padahal materi tulisan seratus persen sama. Hanya saya dikemas dan di lengkapi dengan rapi,

Tulisan saya sendiri,kalah jauh dari tulisan Kompasianers lainnya, yang setiap hari HL atau TA,namun saya memiliki kebanggaan tersendiri, bahwa kendati tidak senantiasa HL dan TA, saya sudah membuktikan pada diri sendiri, bahwa saya bisa konsisten menulis dan selama menulis 1000 artikel,hanya satu artikel yang saya hapuskan, karena alasan yang sangat pribadi.

Semoga tulisan kecil ini, setidaknya dapat memberikan sebuah motivasi ,agar senantiasa menghormati dan menghargai tulisan sendiri.

Iluka, 12 April, 2015

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun