Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyaksikan Warga Fremantle Rayakan Paskah dengan Berbagai Atraksi

5 April 2015   21:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_376888" align="aligncenter" width="490" caption="salah satu atraksi di tengah pasar Fremantle/tjiptadinata effendi"][/caption]

Hari ini untuk pertama kalinya kami ikut larut dalam berbagai atraksi yang digelar warga di pusat kota tua Fremantle. Ribuan orang tampak tumpah memenuhi hampir seluruh ruas jalan, yang berada tepat di jantung kota wisata Fremantle ini.

Mereka merayakan Paskah dengan menampilkan berbagai budaya. Dan uniknya pertunjukan ini tidak digelar di gedung-gedung pertemuan, sebagaimana layaknya, melainkan justru di tengah-tengah jalan pusat perbelanjaan di kota tua ini.

Tampak di hampir setiap sudut pertokoan puluhan polisi berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan, mengingat begitu antusiasnya masyarakat turun ke jalan-jalan untuk mengungkapkan rasa kegembiraan menyambut Hari Raya Paskah.

[caption id="attachment_376889" align="aligncenter" width="490" caption="warga berkerumun saksikan seni musik Aborigin/tjiptadinata effendi"]

14282444451465663333
14282444451465663333
[/caption]

Pertunjukan Akrobat

Untuk dapat menembus kerumunan orang banyak, tentunya harus bersabar, apalagi untuk mendapatkan hasil foto yang memadai. Di kiri-kanan tampak setiap restoran, bar, dan café, hampir tak tersisa kursi yang kosong. Kami mencoba berjalan beringsut-ingsut untuk dapat mengambil gambar atraksi yang sedang berlangsung. Yakni semacam akrobat yang sering dipertontonkan di pertunjukan sirkus.

[caption id="attachment_376890" align="aligncenter" width="490" caption="warga rela duduk /berdiri di panas utk saksikan acara /docpri"]

1428244588837623703
1428244588837623703
[/caption]

Para pemain tampak sangat antusias memainkan perannya karena sambutan yang luar biasa dari penonton. Hampir setiap gerakan mereka mendapatkan applaus yang gegap gempita dari warga yang dengan ikhlas berdiri di panasnya matahari siang ini.

Tampak para pemainnya terdiri dari campuran berbagai suku bangsa, yang membuktikan bahwa kehidupan multikultural sungguh-sungguh sudah mendarah daging di sini.

[caption id="attachment_376893" align="aligncenter" width="490" caption="seluruh ruas jalan ditutup ,utk acara ini/tjiptadinta effend"]

14282449241191853612
14282449241191853612
[/caption]

Ada Pertunjukan Kungfu

Selain pertunjukan budaya Barat, seperti akrobat dan ayunan trapeze seperti di sirkus-sirkus, juga tampak pertunjukan kunfu yang dimainkan oleh anggota sebuah komunitas. Sementara itu, di sudut lain tampak beberapa sosok orang dari falungong melakukan meditasi di depan orang banyak dan sekaligus memasang spanduk-spanduk yang intinya merupakan protes mereka terhadap pemerintah China. Yang tentunya tidak perlu saya tampilkan di sini karena tidak ada relevansinya dengan judul berita ini.

[caption id="attachment_376894" align="aligncenter" width="490" caption="ft.tjiptadinata effendi"]

14282450481232877623
14282450481232877623
[/caption]

Pagelaran Seni dari Aborigin

Ada pagelaran seni dari suku Aborigin, namun karena begitu penuh sesaknya warga yang menyaksikannya, tak satu pun foto berhasil diambil. Yang terdengar hanyalah suara serulingnya yang mendayu-dayu secara khas.

Di sela-sela hiruk-pikuk keramaian pusat bisnis ini, tak kurang dari tiga pelukis jalanan yang melukis wajah pengunjung. Malah ada yang membuat karikatur diri. Biayanya berkisar 20 – 30 dolar. Dalam waktu beberapa menit sudah siap. Tampaknya para pelukisnya sudah sangat piawai dengan pekerjaan mereka.

Baru sekali ini kami menyaksikan dan sekaligus berbaur dengan warga kota yang sedang merayakan Paskah di Kota Fremantle ini. Serasa bagaikan berada di pasar malam tradisional di negeri kita. Suatu hal yang patut diapresiasi adalah, kendati begitu penuh sesak manusia, selama 2 jam kami di sana, tak sekalipun kedengaran ada orang yang bertengkar, apalagi sampai berantem.

[caption id="attachment_376899" align="aligncenter" width="490" caption="doc.pri"]

14282455681359757215
14282455681359757215
[/caption]

Semua yang hadir menampakkan wajah-wajah yang ceria dan bersahabat. Dan satu lagi, sangat mencengangkan, tak ada sampah yang berserakkan walapun rata-rata pengunjung mengunyah makanan sambil berdiri menonton berbagai atraksi.

Puas menyaksikan pagelaran seni budaya dan antusiasnya warga merayakan Paskah, kami masuk ke salah satu restoran, yang ternyata karyawannya berasal dari Jakarta. Maka sambil menikmati makan siang di sana, kami sempat mengobrol hilir-mudik melepaskan rasa kangen kepada Tanah Air.

Iluka, 5 April. 2015

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun