Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kompetisi Memotong Balok dengan Kampak

22 Februari 2014   00:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto: Carsen_tree-cutting

Kompetisi Memotong Balok dengan Kampak

Putri kami mengajakkami untuk refreshing keluar kota, sekaligus menyaksikan kompetisi atau perlombaaan yang diselenggarakan di Dapto. Kompetisi ini diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dan salah satu pesertanya adalah teman putri kami, Nyonya Allison. Kami masing-masing mengendarai mobil sendiri, sehingga total ada 3 kendaraan dari grup kami. Perjalanan dari Mount Saint Thomas ke Dapto hanya memakan waktu sekitar 25 menit. Ini adalah untuk kedua kalinya kami ke sini. Karena pada kunjungan pertama, kami terlambat tiba sehingga tidak bisa menyaksikan semua acara.

Sewaktu kendaraan kami memasuki arena parkiran kompetisi, kelihatan hampir seluruh tempat parkir sudah terisi. Padahal menurut jadwal undangan, masih ada waktu sekitar 40 menit lagi sebelum acara diresmikan. Kelihatan warga cukup antusias menyaksikan kompetisi ini, baik untuk memberikan support kepada salah satu anggota keluarga yang ikut kompetisi maupun yang sekedar refreshing seperti kami.

Kurang 5 menit dari pukul 10.00 pagi, acara resmi dibuka oleh pejabat sosial setempat. Yang menjelaskan secara singkat bahwa tujuan kompetisi ini adalah untuk mendorong agar penduduk betah memanfaatkan lahan pekarangan mereka dengan menamam berbagai macam buah dan tanaman hias. Sekaligus mengingatkan kepada kaum wanita agar mengisi waktunya dengan hal hal positif, seperti menjahit dan merangkai bunga. Sedangkan kompetisi memotong kayu dimaksudkan sebagai salah satu cabang olahraga.

Mulai dari kompetisi jahit menjahit, pameran tanaman hias, dan hasil perkebunan, hadiah yang disediakan cukup menarik. Dari hadiah hiburan yang besarnya 500 dollar hingga hadiah pertama, kedua, dan ketiga sebesar: 1.000 – 2.000- 5.000 dollar,di samping trofi dan sertifikat penghargaan.

[caption id="attachment_313258" align="aligncenter" width="300" caption="foto: carsenhac_hu"][/caption]

Kompetisi Memotong Balok dengan Kampak

Kalau menebang pohon, menurut saya gampang. Pertama kita bisa mencari posisi yang pas dan kedua pohon yang masih hidup, kayunya relatif lebih mudah dipotong ketimbang kayu yang sudah keringdan hanya merupakan potongan kayu sepanjang1 meter. Sepengetahuan saya, di negeri kita belum pernah saya menyaksikan kompetisi semacam ini.

Saya memperhatikan, kampak yang beratnya sekitar 5 kilogram, yang diasah hingga sangat tajam, ternyata dalam ayunan pertama dan kedua, seakan kayu yang dipotong tampak bergeming. Baru padaayunan ketiga, keempat, dan seterusnya yang saling susul dengan sangat cepat, serpihan kayu mulai berserakan di rerumputan.Cukup menegangkanmenyaksikannya, karena apabila salah menebas, maka dipastikan kaki peserta akan terputus, terkena ayunan kampak besar dan sangat tajam. Namun kekuatiran ini ternyata tidak beralasan karena mereka sudahsangat piawai mengayunkan kampak. Seakan sudah menyatu dengan pemiliknya. Dalam waktu kurang dari 2 menit, balok kayu yang berdiameter sekitar 60 cm tersebut sudah terputus menjadi dua!

Namun kompetisibaru merupakan seleksi untuk yang masuk ke final. Berarti yang keluar sebagai pemenangsaat ini harus sekali lagi berlaga, memperlihatkan ketrampilan dan ketahanan fisiknya untuk memotong balok kayu.

[caption id="attachment_313259" align="aligncenter" width="300" caption="foto: carsen_tree_cut"][/caption]

Eric Pemenang

Menyaksikan adegan demi adegandari kompetisi potong kayu ini sangat mengasyikkan dan sekaligus menegangkan. Tanpa terasa total lomba unik ini menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Ternyata yang keluar sebagai pemenangnya adalah Eric. Padahal saingannya jauh lebih muda dan lebih tegap. Ternyata Erik membuktikan bahwa ia adalah yang terbaik karena mampu memecahkan rekor: 1 menit 37 detik.

Sambil ikut menyalami Eric ,saya sempat menanyakan berapa lama ia berlatih. Jawabannya membuat saya tertegun. ”Ini sudah pekerjaan saya, sejak 15 tahun lalu. Jadi setiap hari, saya berlomba dengan diri sendiri.Dan seperti yang Anda lihat: I am the winner!” katanya dengan wajah ceria.

Menurut Eric, putranya sejak usia 12 tahun sudah dilatih untuk memotong kayu dan diharapkan ke depan ia juga akan jadi juara.

Refleksi diri

Kalau hanya sekedar menonton dan pulang, serasa sia-sia membuang waktu seharian untuk menyaksikan semuanya ini. Oleh karena itu, saya mencoba merefleksikan pada diri saya. Andaikan saya ikut kompetisi ini, sudah pasti saya tidak mungkin menang. Karena saya tidak pernah terpikir untuk ikut lomba memotong kayu, maka dengan sendirinya saya tidak tertarik untuk berlatih.

Saya minta ijin pada Eric untuk meminjam sesaat kampaknya. Karena acara kompetisi sudah selesai, maka Eric tidak keberatan. Ia hanya berpesan kalau kaki Anda putus, saya tidak bertanggung jawab ya." Kendati diucapkan sambil ketawa, tapi saya tanggapi serius. Karena ketika selembar kertas saya gesekkan ke mata kampak, ternyata kertasnya putus dua.

Hanya 3 kali saya coba mengayunkan kampak besar ini dan tulang bahu saya serasa remuk. Saya terdiam. Ternyata apa yang tampaknya mudah belum tentu mudah untuk dilakukan. Pengalaman kecil inisemakin meningkatkan rasa kagum saya kepada Eric. Dan sekaligus memberikan saya pencerahan bahwa untuk meraih kesuksesan, dalam hal apa pun, perlu latih diri. Tidak ada kesuksesan yang datang secara instan. Saya sudah lama tahu tentang ini, namun pengalaman yang kelihatan sangat sepele ini justru semakin menyentak hati dan pikiran saya bahwa dalam hidup ini saya harus belajar lebih sungguh-sungguh agar dapat meraih impian impian saya yang lainnya.

Wollongong. 21 Februari,2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun