Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Ekslusive Tentang Soe Hok Gie

1 September 2014   12:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:56 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409522425216367719

[caption id="attachment_340434" align="aligncenter" width="222" caption="ft.imageblelantaraindonesia,org"][/caption]

Kisah Ekslusive TentangSoe Hok Gie

Selang sehari selelah artikel tentang Soe Hok Gie dengan judul" Semangat Soe Hok Gie mampu Memukau", terpajang di Kompasiana,ada sebuah pesan di inbox yang menarik.Pengirim adalah Freddy Wijaya,yang berdomisili di Jakarta. Isi pesan adalah bahwa membaca artikel tersebut, telah membawanya kembali kepada kenangan lama bersama Soe Hok Gie.Komunikasi via inbox ,meningkat ke email.Karena ketertarikan penulis untuk menggali tentang masa kecil Hok Gie. Ternyata telah mampu menggerakkan hati Freddy Wijaya yang merupakan teman sekelas ,tetangga dan sekaligus teman sepermainan dengan Hok Gie.sehingga artikel ini dapat diturunkan.

Bersama Hok Gie sejak SD hingga Selesai Kuliah

Freddy, adalah teman akrab dari Hok Gie dan kakaknya Hok Djin.Mereka sudah berteman sejak masih di SD kelas 3.Bisa dibayangkan bahwa ketiganya adalah merupakan teman karib, sehingga kendati 62 tahun sudah berlalu, Freddy masih mampu mengingat semua peristiwa dengan sangat jelas dan mendetail,seolah semuanya baru kemarin kejadian. Tentu saja dapat dibayangkan betapa kesedihan kembali mengisi hati dan jiwa Freddy,mengingat sahabat karibnya Hok Gie sudah tidak lagi bisa diajak berbicara dan bercanda.

Kisah pertemanan mereka diawali ,sejak masih sekolah di SD Subsidi Gg.Comandan.(sekarang jl.Mangga Besar I).Hok Djintipe anak yang proaktif,jadi banyak teman. Sedangkan Hok Gie terkesan pendiam, sehingga tidak banyak temannya.. Tiada hari tanpa Freddy kerumah Hok Djin dan Hok Gie,karena rumah mereka berdekatan,yakni di Kebun Jeruk IX ,disamping kediaman Teguh Karya , sutradara dan sekaligus tokoh dikalangan keturunan Tionghoa. Sesuai dengan kondisi di jaman itu, mereka kesekolah jalan kaki.Apalagi mengingat kondisi keuangan kedua keluarga yang bersahabat ini, bukan termasuk orang berada. Rumah saja masih kontrakan dari Pemiliknya keturunan Arab.

Kehidupan dimasa Kecil Hok Gie

Sehabis pulang sekolah, seperti juga anak anak sebaya ,mereka main layangan, kelereng, pingpong ,gitar, sepak bola dan bulu tangkis. Masih ditambah dengan latihan Kungfu,tiap malam antara jam 7 ,00 sampai jam 9.00 malam.Guru mereka adalah ayah dari teman sekolah yang namanya Hok Liang dan Hok Sui. Tapi 3 tahun belajar kungfu Cuma dikasih 5 jurus saja.Apakah karenaSang Suhu pelit dengan ilmunya atau mungkin mengingat usia mereka masih sangat mudah,tentu yang bisa menjawab hanya sang suhu saja. Tapi Hok Gie bersikeras tidak mau ikut latihan kungfu. Apa alasan Hok Gie menolak berlatih kungfu,tidak dijelaskan.

Karena rumah mereka bertetangga, hanya berjarak lebih kurang 500 meter saja.maka boleh dikatakan kedua keluarga besar ini sudah seperti keluarga,karena saling berkunjung.

Ayah Soe Hok Gie Ternyata Pengarang

Ayah Hok Gie ternyata pengarang di jamannya. Namanya Soe Lie Pit, yang menuangkan tulisannya melalui majalah yang berada dalam asuhannya. Begitu dekatnya hubungan antara Freddy dan keluarga Hok Djin dan Hok Gie,sehingga ketika anjingnya beranak, Freddy kebagian satu ekor dan diberi nama Terry. Kakak perempuan Hok Gie yang bernama Mona, juga sangat akrab dengan Freddy

Karena rumah dan pekarangan cukup besar, maka selain dari aniing juga ada ayam dan burung, serta ikan koki.Pokoknya ramai deh,menurut penuturan Freddy lewat dunia maya.

Sejak SD Hok Gie Sudah Tunjukkan Jiwa Pemberontak

Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang layak disekolah SD Bersubsidi ini ,Hok Gie mengajakHok Djin dan Freddy untuk pindah kesekolah lain.Bisa dibayangkan ,anak SD sudah berani mengambil keputusan pindah sekolah, karena menilai tidak mendapatkan perlakuan yang wajar,sudah menunjukkan karakter Hok Gie dan Hok Djin yang sangat keras dan berani bertindak. Jadi bibit:” pemberontak “ sudah ada sejak masih duduk dikelas 5 SD,dimana biasanya anak anak ,hanya bisa patuh pada gurunya.

Disekolah baru ini mereka tunjukkan kemampuan diri dan lulus ujian. Masuk ke SMP Bruderan. Semuanya berjalan aman,hingga SMP kelas 3.,kembali Hok Gie “bikin ulah” Karena Hok Gie senang membaca dan mempelajari sejarah Indonesia,maka ketika Guru sejarah mengajardan banyak kekeliruan yang diterangkan, langsung di protes Hok Gie. Merasa dipermalukan didepan kelas oleh Hok Gie,yang memang lebih banyak tahu tentang sejarah Indonesia, ketimbanggurunya , maka Hok Gie dimusuhi gurunya. Akibatnya lagi lagi Hok Gie harus pindah sekolah.Untuk setahun itu 3 sekawan ini harus berpisah.

Kembali Bertemu

Mirip dengan cerita anak, tentang 3 sekawan,setelah berpisah hampir selama satu tahun ,kembali mereka merajut persahabatan, yang sempat berjarak, karena beda sekolah selama SMP kelas 3.Lulus SMP .mereka masuk ke SMA Kanisius. Tiga sekawan ini bertemu kembali..Hok Gie mengambil jurusan A atau jurusan bahasa dan sastra,sedangkan Freddy mengambil jurusan B,bersama Hok Djin

.Lulus SMA, Hok Gie memilih IKIP jurusan Sastra Sejarah dan akhirnya jadi dosen. Sedangkan Hok Djin memilih Psikologi U.I.

Situasi Tak Menentu Pisahkan 3 Sekawan ini
Pada waktu itu,berbagai pergolakan terjadi: rebut Irian Jaya, Konflik dengan Malaysia dan tahun 1965 ,peristiwa Gestapu meledak,sehingga mereka jarang ketemu. Masing masing sudah sibuk dengan berbagai urusan. Walau komunikasi tetap berlangsung.namun secara phisik mereka sudah menjalani hidup sendiri sendiri.

Kisah Masa Kecil Hok Gie ini dapat memberikan gambaran ,bahwa sesungguhnya watak keras Hok Gie sudah ada sejak masih anak anak .Jiwa pemberontak ini dibawanya ,hingga akhir hayatnya di puncak gunung.



Catatan Penulis.

Sebagaimana diceritakan secara tertulis oleh Pak Freddy S.Wijaya,  Kini beliau menikmati masa masa pensiun di Jakarta bersama keluarga tercinta.

Terima kasih kepada pak Freddy ,yang sudah berkenan meluangkan waktunya, sehingga artikel tentang masa kecil Hok Gie ini bisa diturunkan.

Mount Saint Thomas, 01 September, 2014

TjiptadinataEffendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun