Bangun Listrik Tenaga Angin?Indonesia juga Bisa!
Salah satu kincir angin tenaga turbin di New South Wales. (Photo: Agus Wahyuni)
Australia merupakan salah satu negara yang sudah lebih maju dalam mengembangkan kincir angin tenaga turbin sebagai sumber energi listrik .Sejak 5 tahun lalu ,negara Koala ini ,sudah menerapkan sistem kincir angin tenaga turbin, sebagai sumber energi listrik.Bagaimana dengan Indonesia? Pasti bisa juga, karena tidak sedikit para ahli dibidang sumber energi dii negeri kita. Dalam hal ilmu pengetahuan dan kecerdasan,putra putri Indonesia tidak kalah bersaing dengan dunia.Salah satu bukti terbaru adalah terpilihnya putra Indonesia sebagai "Student of the Year" di Victoria baru baru ini. Mengalahkan 140.000 rekannya dari berbagai negara maju di dunia
[caption id="attachment_342458" align="alignleft" width="700" caption="Harri .Pelajar asal Indonesia Student of the Year.(ft.abc,news/radioaustralia)"]
Sebagai negara kepulauan dan kaya akan sumber energi dari angin, Indonesia sebenarnya berpotensi mengembangkan energi listrik tenaga angin. Sumber energi ini dianggap mampu mengatasi persoalan krisis listrik, terutama warga yang tinggal di daerah kepulauan dan terisolir.
Setidaknya itulah sebongkah harapan sepuluh jurnalis asal Indonesia, saat mengikuti program Asia Pasifik Journalism Centre di Camberra dan melakukan kunjungan ke Gurrundah di New South Wales. Lebih tepatnya di daerah Gunnning Wind Farm. Ini merupakan kawasan peternakan. Lima tahun lalu, sejumlah perusahaan justru menyewa lahan ini untuk mendirikan puluhan kincir angin raksasa di tempat ini.Kebetulan saya domisili di Mount Saint Thomas ,yang juga adalah bagian dari New South Wales. Namun karena latar belakang ,bukan dari tehnik, maka kunjungan kami kesini, hanya sebagai kunjungan wisata saja.
Hemat Energi Jangka Panjang
Manager Area, Craig Simon menyebutkan, biaya awal pembangkit listrik tenaga angin ini cukup mahal, tapi bisa menghemat energi untuk jangka panjang. “Tentunya pembangkit ini ramah lingkungan,” katanya. Tidak berisik dan bebas karbon.
Craig membocorkan, untuk membangun satu unit kincir angin raksasa ini dibutuhkan modal sekitar 3 juta dollar Australia atau setara dengan Rp 300 miliar. “Modal awal memang besar, tapi kelanjutannya ringan,” katanya. Agar bisa menempatkan kincir angin raksasa tersebut, Craig bersama perusahaannya menyewa lahan milik warga sekitar seluas 900 hektare selama 25 tahun untuk mengoperasikan turbin tenaga angin tersebut.
Sementara untuk bisa mengaliri listrik kepada pelanggan, perusahaan Craig juga menempatkan pembangkit induk dan mesin penyimpan cadangan listrik di lokasi yang sama. Kincir angin raksasa ini memiliki tinggi 38-48 meter dengan berat 70 ton ini. Energi ini mampu menghasilkan listrik sebesar 1,5 megawatt. Di Gunnning Wind Farm sendiri terdapat 31 kincir angin raksasa. Artinya ada 24 ribu rumah tangga bisa teraliri listrik. Bahkan, warga yang menyewakan lahan kepada perusahaan, mendapatkan pasokan listrik secara gratis.
Warga Australia Gunakan Tungku Listrik.Kebanyakan penduduk di Australia menggunakan tungku listrik untuk kebutuhan masak memasak. Karena lebih aman ,nyaman dan tahan puluhan tahun. Kompor gas, hanya digunakan di cafe cafe tenda atau ditempat tempat wisata.
Di Indonesia, sumber energi seperti angin, matahari maupun air belum tergali dengan baik. Kalau pun ada, masih skala kecil. Tapi di negara maju, seperti Australia, itu bukan sesuatu yang mustahil untuk dikembangkan.
Saya mulai berpikir, ketika sebuah negara dihadapkan dengan cadangan bahan fosil mulai habis dan lingkungan mulai tidak ramah, energi alternatif seperti ini yang diharapkan untuk generasi masa depan. Kuncinya mungkin sederhana. Mesti ada keseriusan dan komitmen yang kuat dari pemerintah, mulai dari perencanaan hingga politik anggaran yang tepat untuk mewujudkannya. (sumber”abc news/radioaustralia/aguswahyuni)
catatan penulis:
Indonesia kaya dengan sumber daya alam dan juga sumber daya manusianya.Hanya saja selama ini tidak dimanfaatkan secara semestinya. Sehingga sumber daya yang tak ternilai,banyak yang berakhir secara tanpa daya guna.
Kalau Australia bisa, Indonesia juga pasti bisa.
Mount Saint Thomas, 12 September, 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H