Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Miskin Tidak Pantas Diundang

22 September 2014   17:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:57 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Miskin Tidak Pantas di Undang

Sudah 3 tahun semenjak kamiberdua pulang kampung di kota Padang,setelah gagal dalam bisinis pertama,yakni menjadi pedagang keliling, belum sekali jua kami dapatkan undangan . Baik undangan pernikahan,maupun dalam kenduri lainnya.

Setiap kali saya dapat kabar,bahwa ada keluarga kerabat dan sahabat saya yang menikahkan putra atau puterinya.saya sangat berharap ,semoga kami dapatkan sebuah undangan. Karena sudah lama sekali kami tidak pernah lagi ke pesta pernikahan. Namun bulan demi bulan,bahkan tahun lewat,tanpa ada satupun undangan yang sampai kealamat kami. Padahal kami tinggal di Pasar Tanah Kongsi, yang tiap hari dilalui Pak Pos.

Tidak jarang ,saya tanyakan kepada Pak Pos:” Maaf pak.mungkin ada surat atau undangan untuk saya?” . “Ntar ya ,saya periksa…..hmm nggak ada tuh “ Jawab pak Pos.. Saya tertunduk lesu..

Pernah ketemu dengan kerabat yang menikahkan putranya dan bertanya kepada saya:” Effendi, koq anda nggak datang waktu putra saya menikah?”.. Saya jawab:’”Saya tidak dapat undangannya pak”

“hmm rasanya saya sudah suruh orang nganterin lho..” kata kerabat saya dengan wajah yang dibuat serius.. “Okey maaf ya,mungkin kelupaan dan iapun berlalu…waktu juga berlalu terus.. tanpa undangan tiba dialamat kami



Orang Miskin Tidak Perlu di Undang

Pada awalnya saya percaya ,bahwa memang saya diundang,tapi yang bertugas mengantarkan undangan,mungkin lupa” .Alasan ini cukup membesarkan hati saya. Berarti saya masih bernilai dimata kerabat saya.Tetapi dengan berlalunya bulan dan tahun,saya memahami.bahwa semua alasan itu adalah sebuah kepalsuan belaka.Saya semakin terpuruk dan sedih.

Sebenarnya yang saya harapkan dalam undangan bukan untuk makan minumnya, tapi sebuah pengakuan,bahwa saya dan istri adalah kerabat dekat mereka.Bahkan kalau mau diurut.kami sama sama buyut dari kakek dan nenek yang sama.

Suatu waktu ,saya mau mencoba memaksa salah satu kerabat saya yang kabarnya akan menikahkan putrinya secara besar besaran di Kota Padang. Saya membuang seluruh rasa malu dan menebalkan kulit wajah saya. Tekad saya,kalau orang tidak sempat mengantarkan undangan kealamat saya, biar saya yang datang menjemput.

Nekad,sore itu saya mencoba serapi mungkin,walaupun hanya dengan sandal jepit, yang dipasangi peniti,karena sudah putus, saya datangi rumah kerabat saya yang megah. Tapi tiba tiba tangansaya yang tadinya sudah siap memencet tombol, tiba tiba terhenti diudara. Karena saya mendengarkan suara kerabat saya lagi marah dan yang kata kata yang tertangkap oleh telinga saya,sungguh membuat saya serasa terhujam sebuah tombak ,persis kejantung saya,,,,” Kita pestakan anak dihotel mewah ,mama kan tau !” Nah, orang orang gembel kayak si Effendi dan si Udin ini,kenapa diundang haaa!?” Pesta nikah putri tunggal kita ,bukan dapur umum.mama mengerti!”



Dunia Serasa Berputar

Dengan jantung yang berdegup dengan kencang dan perasaan mau semaput..saya ngeloyor pergi secara diam diam…. Inilah hukum hidup,yang saya rasakan secara pribadi:” Bila anda ketawa,maka seluruh dunia akan ikut tertawa,tapi bila kita menangis,maka menangislah anda seorang diri”

Saya terluka,jiwa saya sakit ,namun semakin mencambuk diri saya:” Effendi ,bangun! Jangan biarkan dirimu dihina teruuus! 3 tahun apakah masih kurang!?”Saya marahin diri saya sejadi jadinya .Saya bersumpah pada diri sendiri.:”Saya akan sukses! Dan bila doa saya dikabulkan, saya akan undang orang sekampung untuk selamatan setiap tahun”



Sungguh Mahabesarlah Tuhan

Mengulangi kisah hidup,akan membuat orang jenuh membacanya. Singkat kisah,saya akhirnya jadi pengusaha, Seorang Eksportir! Rumah kami di bilangan Wisma Indah I, ada kolam renang, taman bunga.,paviliun lantai 3 . Saya berteman dengan Wali kota, bahkan ketika walikota ada acara selamatan,saya ikut jadi ninik mamak.Wonderful.Puji Syukur kepada Tuhan..Alhamdulilah!Sejak saat itu ,setiap minggu pasti ada 2 atau 3 undangan yang datang. Sungguh beda ,bagaikan siang dan malam.

Dan sumpah saya pada diri sendiri saya tepati.Setiap tahun,kami 4 (empat) kali merayakan hari raya,yakni:” Hari Raya Natal.,Tahun Baru, Imlek dan Hari Raya Idul Fitri. “Semua anak anak satu kampung ,kami undang makan dirumah kami,dengan penuh rasa suka cita dan bersyukur. Sama sekali bukan karena takut termakan sumpah sendiri.tapi dengan penuh keikhlasan, karena 3 tahun saya menderita, bahkan menurut kerabat saya:”orang miskin dan gembel,hanya akan merusakkan pesta ,jadi tidak perlu diundang

”Hingga sekarang,kebiasaan mengudang teman teman untuk sekedar kopdaran sudah menjadi tradisi dan kegembiraan hidup kami.Malah kalau yang datang sedikit.seperti kopdaran di banda Aceh,saya sangat sedih.

Tulisan ini bukan tumpahan rasa sakit hati dan kecewa,tapi sekedar berbagi pengalaman hidup,yakni ketika kita terpuruk dan dihina orang, jadikanlah cambuk,untuk melecut diri guna mengubah hidup kita. Karena Tak Seorangpun dapat mengubah nasib kita,kecuali diri kita sendiri, “

September, 22-09-2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun