Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Habib dari Tukang Sapu ,Jadi Pemilik Toko

12 Oktober 2014   23:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:19 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_347292" align="aligncenter" width="560" caption="Habib Halal mini market/ft,tjiptadinata effendi"][/caption]

Teman Saya Habib dariTukang Sapu Jadi Pemilik

Kami sudah lama jadi pelanggan Habib,karena disini kami dapatkan beras dengan kualitas yang cuku baik dan harga yang relatif lebih murah ,dibandingkan dengan toko lainnya. Disamping itu , kami juga tiap minggu memberli roti canedan bumbu bumbu masakan . Hubungan kami dengan Habib, bukan hanya sebatas antara pembeli dengan penjual.namun sudah dianggap sebagai sahabat baik. Kalau kendaraan agak susah mendapatkan tempat parkir,maka biasanya istri saya yangturun untuk berbelanja. Dan si Habib,tidak pernah membiarkan istri saya mengangkat barang belanjaan dari tokonya ke mobil.selalu diantarkan hingga kekendaraan.

Sebagai ungkapan rasa terima kasih,setiap ada kesempatan ,selalu saya promosikan kepada teman teman asal Indonesia /Malaysia atau Brunei,khususnya yang beragama Muslim,agar berbelanja di toko Habib. Karena dijamin Halal. Kalau berbelanja di Asean Shop,memang lebih lengkap,tapi tidak dapat dikatakan semua barang halal .Akibat dipromosikan secara gratis, tentu Habib sangat senang dan sebagai sesama orang timur, Habib juga tahu berterima kasih. Walaupun kami membantunya tidak untuk mengharapkan diskon,tapi Habib selalu mengurangi harga jualnya bila kami berbelanja di tokonya.

Mengawali dari Tukang Sapu

Habib tiba di Australia sejak14  tahun lalu. Datang sebagai pengungsi dan tinggal ditempat penampungan. Dapat pakaian dan makanan gratis. Namun ,Habib bukan tipe orang yang senang hidup dibawa rasa kasihan orang ,ia ingin berkerja dan mandiri. Namun niat baik,tidak selalu sama sisi dengan kenyataaanya. Apalagi sebagai pendatang baru, tidak mudah orang mau menerima sebagaikaryawan. Namun tekad hati Habib,untuk tidak jadi benalu di negeri orang sudah kental. Ia yakin,tidak ada yang mustahi. Ia mengambil inisiatif ,setiap pagi keluar dari tempat penampungan dan membawa sebuah sapu ,serta kain lap.

Tanpa ada yang menyuruh,ia mulai menelusuri emperan toko ,menyapu halaman mereka dan membersihkan kaca di depan dengan kain lapnya. Pedomannya adalah ,bila 10 toko tiap hari dibersihkan emperannya, mustahil tidak ada orang yang mau memberinya tips. Ternyata siasatnya berhasil , bukan satu ,tapi pada hari pertama ada 3 pemilik toko yang memberinya tips ala kadarnya. Dan hal itu sudah membuatnya menjadi semakin semangat. Hasil yang diperolehnya dengan cara bekerjaseperti ini, sebagian digunakan untuk keperluan makan minum secara menghemat dan sisanya mulai ditabungkannya.

[caption id="attachment_347294" align="aligncenter" width="700" caption="Habib sedang melayani pembeli/tjiptadinata effendi"]

14131068141852661298
14131068141852661298
[/caption]

Pintu Terbuka Untuk Habib

Selama 3 bulan menjalani hidup sebagai tukang sapu tanpa gaji dan hanya mengharapkan tips dari pemilik toko,akhirnya pintu untuk meraih cita citanya pun terbukalah. Suatu hari, ia dipanggil seorang Nyonya asal India. Habib masuk dan menghadap . Nyonya ini menawarkan kepadanya kalau ia mau bekerja sebagai pelayan toko. “Pucuk dicinta ulam tiba”begitu kira kira dalam hati Habib,tentu secara serta merta ,ia menerima tawaran tersebut.Maka sejak hari itu ,Habib bukan tukang sapu jalanan lagi, melainkan sudah menjadi karyawan toko .

Jadi pelayan toko.Kerja dari pagi hingga malam,tidak menjadi masalah bagi Habib.Malahan ia mengerjakan semuanya dengan penuh rasa syukur.karena cita citanya untuk mandiri,kini sudah terpenuhi. . Mengerjakan apa saja. Mulai dari buka toko,membersihkan ruangan dan mengangkat ,serta menyusun barang barang dagangan.

Tidak jarang , brankas dipercayakan kepada Habib. Namun kata Habib kepada saya:” Alhamduliliah satu senpun tidak pernah saya ambli. Bahkan saya sama sekali tidak tergoda. Saya mau jadi orang jujur “. Kisahnya antara lain .

Selain Habib,ada karyawan lain yang masih ada hubungan kerabat dengan pemilik toko,yang berasal dari India.Seorang gadis , yang bernama Devi, bertugas sebagai juru bayar. Devi sudah dianggap anak sendiri,oleh Boss nya, karena nyonya ini tidak mempunyai anak,sedangkan suaminya sudah lama meninggal. Ia kini tinggal bersama salah satu ponakannya ,yang sama sekali tidak berminat untuk ikut bekerja ditokonya.

Nah,sudah bisa ditebak,setiap hari seorang pemuda dan pemudi bekerja di ruangan yang hanya4 x 10 meter,dari pagi hingga malam.sudah bisa ditebak,mereka jatuh cinta.

Direstui oleh Pemilik toko

Hubungan keduanya direstui oleh Nyonya pemilik toko, karena disamping Devi masih ada hubungan kerabat dengan dirinya dan sudah menjadi seperti anak angkatnya.sementara Habib terbukti jujur. Namun..kisah cinta tidak akan menjadi kenangan indah,, kalau mulus tanpa halangan.Halangan itu bukan dari siapa siapa,tetapi Habib beragamaIslam,sedangkan Devi beragama Hindu. Masing masing mempertahankan keimanan mereka.

Hal ini tentu membuat hati Nyonya Pemilik toko,yang tadinya sudah berbunga bunga, kembali agak surut. Namun,ia tidak ingin salah satu diantara mereka merasa dipaksa. Sementara dalam usia sudah mendekati 70 tahun,si Nyonya sudah mulai sakit sakitan. Ia menyarankan Habib memberikan kesempatan kepada Devi ,agar bisa menentukan pilihannya.

[caption id="attachment_347296" align="aligncenter" width="700" caption="toko yang awalnya satu petak,kini sudah jadi 2 petak/tjiptadinataeffendi"]

1413106947166202029
1413106947166202029
[/caption]

Happy Ending

Menurut Habib,6 bulan kemudian Devi menyatakan siap untuk menikah dan memeluk agama yang sama dengan Habib,namun ia minta agar namanya jangan diganti,karena nama itu adalah pemberian ibundanya almarhum.

Akhirnya pernikahan dilangsungkan secara Islam dengan disaksikan oleh Nyonya Pemilik toko . Singkat cerita, 6 tahun kemudian ,Nyonya pemilik toko meninggal dunia. Sebelum meninggal ia sudah mempertemukan Habib dan Devi kepada ponakannya. Mereka sepakat ,toko diserahkan kepada Habib dengan membayar secara ansuran, karena ponakan nya ,tidak berminat untuk melanjutkan usaha bibinya

Nah. Seakan kisah dalam sebuah film sinetron, sejak 2 tahun lalu, toko ini sudah jadi milik Habib secara penuh,karena sudah dilunasi. Maka nama toko diganti menjadi :HABIB” . Kedua suami istri ini tetap melanjutkan pekerjaan mereka seperti sebelumnya.Makanya terkadangHabib memanggil istrinya Devi,sebagai Boss nya. Karena memang sesungguhnya.sebelum menikah, posisi Devi adalah atasan Habib dalam toko ini.

Kisah hidup ini bukanlah sesuatu yang spektakuler.Hanya kisah biasa biasa saja. Namun yang luar biasa adalah semangat Habib untuk hidup tidakmenjadi benalu bagi orang lain. ! Kini,berkat niat baik ,tekad yang tak pernah surut dan kerja keras,dari tukang sapu ,Habib sudah menjadi Pemilik toko

Mount Saint Thomas, 12 Oktober , 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun