[caption id="attachment_359294" align="alignnone" width="448" caption="Sumarno ,Sopir Taksi Bertekad Membesarkan anak dengan uang halal/tjiptadinata effendi"][/caption]
Sumarno ,Sopir Taksiyang BertekadMembesarkan Anak Dengan Uang Halal
Sore tadi , selesai acara Kopdar di Hotel Sahid Surabaya, saya danistri ingin berbelanja sesuatu keperluan. Kami minta petugas hotel untuk memanggilkan taksi. Selang 2 menit, taksi datang. Kami dibukakan pintu oleh sopirnya dan dengan sopan menyapa:” Selamat sore BapakIbu, silakan “
Kami masuk kedalam taksi dan duduk dibangku belakang sopir. “Maaf, mau diantar kemana pak bu?” sapa sopir dengan senyum . “ Ke Mall mas “ ,jawab istri saya ,sambil menyebut nama salah satu mall yang ada dikota Surabaya.
“Baik bu”,kata sopirdan kemudian kendaraan mulai bergerak perlahan meninggalkan pekarangan hotelSahid,menuju ke jalan raya. Sesuai dengan tradisi orang Indonesia, maka pandangan pertama adalah melihat apakah argonya jalanatau tidak. Ternyata argo sudah dinyalakan dan kelihatan dengan jelas angka 5.500 . Berarti untuk buka pintu , sudah dinilai Rp.5.500,-- Kalau di Jakarta Rp.9.000,--.jadi hampir setengah dari tarif di Jakarta.
Yang sering di temuiBila Naik Taksi di Jakarta
- - argo yang digunakan adalah argo kuda
- -kita dibawa berputar putar , seolah sopir tidak tahu jalan
- -pura pura salah dengar, misalnya kemayoranmenjadi kebayoran
- - Begitu taksi berjalan kencang .sopir berlagu:” tidak bersedia pakai argo”
- -Pura pura sopir baru dan bertanya kepada kita jalan mana yang mau ditempuh?
- - tidak cukup uang kembalian
- -meteran tiba tiba rusak
- -ditengah jalan ganti sopir
Semuanya ini adalah catatan dari pengalaman pribadi kami,selama berada di Jakarta
Memang kita tidak boleh mengeneralisir bahwa semua sopir di Jakarta tidak jujur, tapi setidaknya, menemukan sopir yang jujur di Jakarta,sudah merupakan barang langka.
Sumarno Ingin Besarkan Anak dengan Uang Halal
Karena memperhatikan sopirnya kelihatan jujur dan sama sekali tidak ada tanda tanda tangannya berupaya mengubah angka pada meteran argonya,sebenarnya kalau ia mau melakukan, bisa membawa kami jalan berlika liku,karena kami memang tidak mengenal jalan di Surabaya ini,,Tapi hal tersebut tidak dilakukannya.,maka saya merasa tertarik untuk berbicara. Ternyata nama bung Sopir ini adalah :”Sumarno”.
Sumarno mengakusudah berkeluarga dan dikaruniai 2 orang putra. Putra pertama sudah duduk di SMKkelas 1 ,sedangkan yang satu lagi masih di SMP.Sebelum bawa taksi ,Sumarno adalah sopir angkot. Tetapi sebagai sopir angkot, ia harus berebut rejeki dengan teman teman senasibnya,karena mengejar setoran. Apalagi bilasudah siang dan penumpang sepi, maka tekanan itu sudah terasa,kata Sumarno..Akibatnya mengendarai kendaraan sudah kehilangan kewaspadaaan. Pikiran hanya tertumpu pada uang setoran yang harus dikumpulkan,sehingga tidak jarang ia mengebut ,untuk mengejar waktu.
Suatu waktu , karena tidak fokus dan ingin buru buru, kendaraan yang disopirinya menabrak kendaraan di depannya. Ada penumpang yang terluka,Syukur tidak ada yang tewas.. Sejak itu ia minta berhenti ,karena merasa bersalah,sehingga menyebabkan penumpangnya terluka.
“ Gaji sebagai sopir taksi kecil pak,hanya dapat komisi” Kata Sumarno dan saya tidak ingin jalan mutar mutar,hanya untuk dapatkan uang. Saya sudah bertekad untuk membiayai keluarga dengan uang halal pak”. Tegas Sumarno,sambil mengemudikan kendaraannya dengan mantap."Alhamdulilah, tidak pernah saya terpikirkan untuk berbuat aneh aneh pada penumpang, untuk dapatkan uang lebih banyak. Karena saya percaya ,kalau kita usaha dan kerja keras dengan jujur, pasti rejeki akan dicukupkan oleh Allah".sambung Mas Sumarno dengan mantap.Sehari
Hanya Jumpa Anak Istri 1 Jam
Sumarno baru pulang untuk istirahat pada jam 10 malam. " Hanya sejam dua jam bisa bersama anak dan istri Pak." kata Sumarno. Karena sesudah itu ia jharus istirahat. Jam 4.oo subuh sudah harus mangkal di Hotel lagi. Kehidupan seperti ini sudah dilakoninya selama 12 tahun. "Alhamdulilah,bisa sekolahkan anak anak pak", kata Sumarno
[caption id="attachment_359295" align="alignnone" width="300" caption="foto di samping taksi yang disopiri oleh Mas Sumarno/tjiptadinata"]
Berhenti di Mall
Berhenti di depan Mall. Angka meteran di taksi menunjukkan Rp .12.800,-- Saya tanya :” Berapa mas Sumarno” ‘ Jawabannya sungguh mencengangkan kami:’ Ya,sesuai meteran pak”.katanya mantap.
Biasanya kalau di Jakarta, selalu ada uang tambahan panggilan dan alasan lainnya. Istri saya Lina memberikan uang lembaran senilai Rp.20.000,-- dan mengatakan :” Kembaliaanya diambil saja mas”.
Sambil memandang uang ditangannya,untuk sesaat Sumarno tampak seperti orang bingung. Untuk meyakinkan dirinya, Sumarno kembali bertanya:” Kembaliannya bu?”
“Ya.disimpan saja mas “..kata istri saya.
Sambil mengucapkan terima kasih berulang kali, Sumarno seperti bergumam:” Sesuatu yang langka pak,orang mau memberi seperti ini, Biasanya kembalian 500 rupiah juga masih ditunggu”.Kami hanya tersenyum dan sama sekali tidak menyawab komentar Sumarno.
Sama Sama Surprise
Kami merasa surprise bisa pas menemukan sopir yang jujur ,seperti Sumarno di kota Surabaya ini.,ternyata Sumarno juga merasakan menenukan orang yang langka.karena menurutnya ,amat jarang orang yang mau memberinya kelebihan uang. Sama sama surprise dan sama sama senang. Kami juga senang,karena ternyata masih ada orang kecil , yang memiliki tekad;” mau membiayai hidup keluarga dengan uang halal”
Sebuah pengalaman kecil, yang memotivasi saya untuk mem posting artikel ini.
Hotel Sahid, 13 Desember, 2014
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H