[caption id="attachment_364871" align="aligncenter" width="614" caption="Lampung Pekat dengan simbol budaya daerah/tjiptadinata effendi"][/caption]
Menguak Tabir KeindahanBandar Lampung
Bandar Lampung, biasanya hanya dikenal karena adanya hewan raksasa yang disebut gajah , yang hidup di habitatnya dalam wilayah Bandar Lampung. Padahal bila kita dengan jeli memandangi dari sudut lain,yaitu keindahan alamnya ,ternyata pesona lampung ,tidak kalah dari daerah daerah lainnya .
Sambil duduk santai menikmati secangkir capucinno di teras Hotel Marcopolo yang masih mengepulkan uap karena hangat.Dari sini saya dapat memadangi kemolekan pemandangannya sepuas hati memandang.
[caption id="attachment_364873" align="aligncenter" width="640" caption="pemandangan di tepian bandar lampung//tjiptadinata effendi"]
Perbukitan hijau, yang mengelilingi Bandar Lampung ini, dari kejauhan seolah menyatu dengan samudra yang membentang. Laut yang tenang membiru, semakin menyemarakkan keindahannya,.Sementara setiap sudut perbukitan ,terlihat telah ditata secara apik. Kalau beberapa tahun yang lalu,masih dipenuhi semak belukar dan pepohonan liar,kini sudah terlihat rapid dan bersih.Sesekali tampak kapal nelayan menelusuri laut dan meninggalkan buih buih air ,yang berderai disentuh badan kapal.
[caption id="attachment_364875" align="aligncenter" width="614" caption="gajah merupakan salah satu ikon bandar lampung/tjiptadinata effendi"]
Sepenggal Sejarah Lampung
Sebelum tanggal 18 Maret 1964, provinsi Lampung merupakan keresidenan, dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi provinsi Lampung dengan ibukotanya Tanjungkarang-Telukbetung. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983 dan tahun 1999 berubah menjadi kota Bandar Lampung.
[caption id="attachment_364877" align="aligncenter" width="614" caption="salah satu sudut kota/tjiptadinata effendi"]
Dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang perubahan wilayah, maka kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan 58 kelurahan. Kemudian berdasarkan SK Gubernur No. G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988 serta surat persetujuan Mendagri nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang pemekaran kelurahan di wilayah kota Bandar Lampung, maka kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada tahun 2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04, kota Bandar Lampung menjadi 13 kecamatan dengan 98 kelurahan.
[caption id="attachment_364878" align="aligncenter" width="614" caption="salah satu simbol bandar lampung/tjiptadinata effendi"]
Nama Bandar Lampung digunakan sejak 1990-an, sebelumnya ibu kota Lampung bernama Tanjungkarang. Tanjungkarang yang terintegrasi dengan pusat keramaian lainnya bernama Telukbetung.Secara geografis, Telukbetung berada di selatan Tanjungkarang, karnea itu di marka jalan, Telukbetung yang dijadikan patokan batas jarak ibukota provinsi. Kemudian pada 1990-an kedua daerah ini termasuk daerah Panjang digabungkan menjadi satu dengan nama Bandar Lampung. Dengan demikian Tanjungkarang dan Telukbetung merupakan bagian/kecamatan Lampung..(sumber : www.kemendagri.go.id/pages/profil…/lampung)
Daerah Penghasil Kopi
Lampung juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi. Tidak sedikit kisah kisah keberhasilan dari para imigran dari Jawa, yang dulunya datang kesini sebagai buruh, kemudian mengubah nasib mereka dengan berkebun kopi. Bahkan bukan hanya kebun kopi yang mereka miliki, tetapi sekaligus memiliki pengangkutan tersendiri. Sebagian besar hasil perkebunn ini dibawa ke Sumatera Barat untuk dijual kepada para eksportir kopi.
Mereka yang dulunya hanya seorang buruh tani dan perkebunan , berkat kerja keras, dalam kurun waktu 20 tahun, kini sudah menjadi pengusaha. Minimal hidup berkecukupan.Image bahwa para imigran adalah buruh di perkebunan, kini telah berubah total. Mereka yang 20 tahun dulu tiba disini dan menjadi kuli diperkebunan ,kini rata rata sudah memiliki perkebunan kopi atau kelapa sawit. Oleh karena itu tidaklah mengherankan ,bila bahasa yang digunakan di Lampung ,sudah berbaur dengan bahasa Jawa.
Restaurant Elite Bermuculan.
Kalau beberapa tahun berselang, Lampung hanya ditemani dan di dominasi oleh rumah makan Padang,kini terlihat mulai bermunculan restaurant yang cukup elite dan mengambil tempat strategis ,sehingga sambil menikmati santap malam, para peminat kuliner,dapat memanjakan matanya menyaksikan pemandangan indah dibawah sana. Lampu lampu yang bernyala dimalam hari,seakan memadu keindahan dalam gemerlapnya pantulan dari air laut yang beriak. Menebarkan pesona yang memukau.
Salah satu restaurant yang berlokasi di perbukitan menampilkan makanan khas Italy dan Mexico, serta steak ala Eropa ,dengan harga yang cukup tinggi untuk ukuran kantong warga Lampung secara umumnya. Sebagai contoh, satu potong Steak di beri angka Rp200.000.-- dan sepiring kecil spagetty ,dinilai dengan harga Rp.50.000- . Jadi kalau datang makan malam dengan membawa keluarga 5 orang disini, harus siap siap menggesek kredit card anda sebanyak 1 juta. Namun kendati harganya cukup membuat kening berkerut, tetap saja restaurant ini di penuhi oleh para penggemar kuliner.
Orang mau membayar mahal karena berberapa faktor:
makanannya memang luar biasa enaknya
lokasi dan restorannya mewah
restoran terkenal ,walaupun makanannya biasa biasa saja
hanya karena faktor gensi gensian saja
Namun apapun alasannya, selama orang merogoh kantongnya sendiri,tentu tidak akan menjadi sebuah persoalan.Yang penting ejoy saja!
Hotel Marcopolo .Bandar Lampung, 17 Januari, 2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H