[caption id="attachment_370916" align="aligncenter" width="462" caption="sumber/ft: bbc news "][/caption]
43 Juta Orang Berusia 12-35 Tahun Tuli, Akibat Mendengar Musik Terlalu Lama
Mungkin banyak diantara kita yang sama sekali tidak menduga,bahwa memasang earphone pada telinga,sambil berjalan santai ditaman ataupun sambil duduk menunggu datangnya bis,adalah hal yang sangat biasa,bahkan mungkin dianggap membantu atasi kejenuhan.
Bahkan tidak jarang kita mendengarkan anak anak muda,membuka volume radio atau tape recordernya secara maksimum dengan bangga, untuk menujukkan bahwa ia memiliki perangkat sound system yang hebat.
Dalam acara perhelatan didesa desa,sudah bukan barang baru ,bahwa kotak kotak loudspeaker yang besar disusun sedemikian rupa,sehingga ketika music dihidupkan,maka orang sekampung bisa mendengarkannya.
Musik Terlalu Keras Akibatkan Tuli Permanen.
World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia, yang lebih dikenal dengan sebutan WHO ,telah mengeluarkan pernyataaan ,bahwa 1,1 miliar remaja ,terancam ,akan mengalami kerusaan pada pendengarannya secara permanen atau secara tegasnya menjadi tuli,karena mendengarkan music terlalu lama dan terlalu keras.Maka sebagai tindakan preventif atau pencegahan sedini mungkin, diingatkan agar melindungi kesehatan pendengaran dengan membatasi diri mendengarkan musik hanya selama satu jam dan kemudian melakukan interval atau istirahat,sebelum melanjutkannya.
WHO memperkirakan, sekitar 43 juta orang berusia antara 12-35 tahun mengalami kehilangan pendengaran, dan angkanya terus bertambah. Menurut badan kesehatan dunia ini, korban dari para remaja ini, berasal dari keluarga menengah keatas. Karena kelompok inilah yang mampu membeli peralatan radio dan alat pemutar musik lainnya.Sedangkan kerusakkan lainnya berasal dari hingar bingarnya musik yang diputar di Club Club atau Bar.Volume suara yang direkomendasikan adalah maksimal 60 persen.
Tentunya dalam hal ini,tak seorangpun yang dapat mengatur kita atau keluarga ,bagaimana caranya mendengarkan musik.Namun dengan hasil penelitian dari WHO ini, setidaknya rasa tanggung jawab untuk kesehatan diri ,serta keluarga, minimal menjadi alarm bagi kita,untuk sedini mungkin mencegah petaka ini.
Alangkah baiknya kita membatasi mendengarkan musik hanya maksimum satu jam sehari,ketimbang seumur hidup tidak bisa lagi mendengarkan suara apapun.
Mt.St.Thomas , 28 Pebruari,2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H