Semarang merupakan salah satu tempat yang memiliki berbagai macam destinasi wisata menarik, salah satunya adalah kawasan kota lama. Di sana kita dapat menemukan berbagai macam bengunan bangunan kuno namun tetap kokoh berdiri, arsitektur yang indah menambah pula keindahan dari kawasan ini, tak diragukan lagi apabila banyak fotografer yang memilih berbagai spot di kawasan ini.
Namun ada satu kawasan yang mungkin belum terkenal. Tempat itu adalah Semarang Contemporary Art Gallery. Sesuai namanya, tempat ini berisi berbagai macam karya seni dari masa ke masa yang tepatnya menceritakan kota Semarang dari masa ke masa. Tempat ini berlokasi di Jl Taman Srigunting No 5-6 Kota Lama Semarang. Galeri ini selalu buka setiap hari dengan tiket Rp.10.000,00.
Pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini saya merasakan perpaduaan antara masa yang lalu dan masa kini. Hal ini dikarenakan arsitektur yang sengaja dibuat dengan kombinasi masa kolonial dan masa modern.
Ketika saya masuk ke dalam tepatnya di lantai 1, saya disuguhi patung orang merah yang sedang duduk dengan panah yang ada di punggungnya, ditampilkan pula batu yang berisi mengenai sejarah singkat museum ini. saat mencoba berkeliling, saya melihat taman yang tertutup oleh pintu kaca. Saat saya masuk ke taman menemukan patung patung besar berwarna warni dan perpustakaan kecil.
Kembali ke ruangan satu, tepat di depan batu terdapat ruangan resepsionist, kemudian saya memutuskan untuk memasuki bilik di sebelah ruang resepsionist. Terlihat ruangan besar dengan berbagai ornament yang tertempel di dinding. Di ruangan ini terbagi menjadi tiga tempat yaitu tempat sejarah museum, karya-karya yang ada pada masa pemerintah kolonial. Di ruangan ini saya bisa melihat dengan jelas karya karya seni seperti lukisan lukisan di kain yang tergantung di dekat tangga.
Bila anda naik ke lantai dua, akan terlihat ruangan besar dengan pagar kaca ditengah-tengahnya dengan bentuk persegi panjang, dari atas sana kita bisa melihat ruangan di lantai satu. Beralih ke ruangan lainnya di lantai dua, disana saya mendapati ruangan yang berisi tokoh tokoh wanita dimasa lalu seperti contohnya Ny.Meneer.
Di ruangan ini pula saya bisa membaca mengenai sejarah berdirinya industry Ny.Meneer yang sampai sekarang masih kokoh. Bukan hanya membaca sejarah, saat itu juga saya bisa mengenal lebih dalam mengenai bahan-bahan atau rempah-rempah asli Indonesia yang digunakan beserta manfaatnya. Saya pikir lantai dua merupakan lantai yang menyuguhkan prestasi-prestasi wanita di Indonesia yang notabene masyarakat kita masih memandang rendah kemampuan para wanita.
Sebagai para muda tidak salah apabila kita tetap melestarikan hasil karya dan budaya yang telah ada sejak jaman dahulu. Oleh karenanya budaya Indonesia berada di tangan kita para muda yang bertugas untuk melestarikannya.
Oleh : Tjiong, Susilo DinotoÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H