Mohon tunggu...
Tjhen Tha
Tjhen Tha Mohon Tunggu... Insinyur - Speed, smart and smile

\r\nIa coba menjelaskan bahwa kebiasaan dalam keluarga kita selalu menggunakan nick-name atau panggilan sayang, huruf (i) didepan nama Tjhentha bukanlah arti turunan produk Apple seperti iPhone, iPad atau iPod tapi itu adalah sebutan sayang untuk orang yang dicintai. jadi huruf (i) di depan nama itu bukanlah untuk maksud pembeda gender. Tjhentha itu sendiri berasal dari dua suku kata Tjhen Tha, karena dulu belum ada huruf C maka di tulis Tj dan aslinya adalah Chen Tha yang berarti Cin-Ta.\r\niCinta dalam artian makna orang yang dicintai dalam kondisi pasif (dicintai) karena ia masih dalam kandungan. Ketika ia sudah lahir, iCinta berubah menjadi Cinta yang berubah peran jadi aktif sebagai kata kerja atau kewajiban (mencinta). Kewajiban Cinta sama derajadnya seperti kewajiban sholat, haji, puasa, zakat dll. sebagaimana dituliskan dalam Qs 42:23.\r\n“Katakanlah hai Muhammad, tidak aku pinta upah atas dakwahku kepada kalian melainkan kecintaan kalian kepada keluargaku (Ahlulbait).”\r\nOrang tuaku menyampaikan pesan dan wasiatnya dalam namaku untuk membayarkan utang mereka kepada Rasulullah yang telah mengajarkan Islam kepada mereka.\r\nSemoga aku bisa membayar hutang-hutang kami kepada Rasulullah saw dengan men-Cintai Ahlulbaitnya

Selanjutnya

Tutup

Trip

Harta Karun Tersembunyi

2 Juni 2024   11:59 Diperbarui: 2 Juni 2024   12:07 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, minggu siang yang lalu dalam Kunker ke Sumenep, Madura sempat mampir di Masjid Jamik tertua yang dibangun pada akhir abad ke 18M. Mungkin negara Amerikapun belom ada waktu itu dan baru ditemukan.

Niat awal ke Masjid tersebut untuk melakukan sholat jamak qoshor dan kebetulan waktu sudah menunjukkan diatas jam dua belas lebih.

Arsitektur bangunan ini mengikuti bangunan khas Jawa dengan kombinasi campuran interior keramik dari China. Pelataran masjid yang luas sudah dilapisi keramik modern yang mahal dan menawarkan kesejukan dilingkup udara pulau madura yang panas.

Saya memilih sholat dipelataran masjid yang sejuk dengan beberapa orang yang juga tidak memilih sholat didalam. Mungkin mereka mencukupkan sholat diubin tanpa khawatir dengan baju yang penuh dengan peluh dan keringat.

Selesai melaksanakan sholat wajib, tergelitik untuk masuk kedalam masjid untuk melakukan sholat sunah, sambil mencari jejak-jejak peninggalan pemyebar agama dan Wali Songo, atau mungkin juga bertemu para pemegang konci surga.

Benar saja, baru selangkah memasuki Masjid sudah disambut dengan karpet berwarna biru yang tebal berkesan mewah. Sambil berjalan sampai ke barisan depan berselisihan dengan jamaah yang baru selesai berdoa, dengan menajamkan mata melihat sekitar mimbar kalau-kalau ada tanda-tanda yang menarik.

Hampir tidak ada tanda-tanda yang bisa dirangkum kecuali keramik biru peninggalan kebudayaan China tertancap disekitar dinding mimbar. Diatas mimbar ada sebilah pedang yang tertempel tanpa pasangan. Sepintas seperti pedang lambang kerajaan Saudi yang terpaku secara vertikal.

Ketika pencarian akan diakhiri, mata ini terpaut pada sebuah hiasan diatas atap altar sebelah kiri yang tidak menjadi perhatian bagi sebagian besar umat. Itulah symbol pedang Zulfikar, pedangnya Imam Ali kw yang di berikan Rasulullah.

Pedang itu bertuliskan "Lafata ila Ali, lasaifa ila Zulfikar", tidak ada pejuang sehebat Ali dan tidak ada pedang seperti Zulfikar.

Saatnya untuk meluruskan niat sholat sunnah sebelum mengabadikan jejak-jejak peninggalan para pecinta Keluarga Nabi saw.

Selesai sholat, buru-buru untuk mengeluarkan ponsel dan mengabadikan peninggalan sejarah yang langka. Tiba-tiba terdengar suara lantang dari sepasang mata yang rupanya tadi sudah mengintai. "Dari mana mas, hardiknya?". Ohh dari Jakarta pak & mohon izin saya mau mengambil foto boleh? Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun