Banyuwangi dalam bahasa Jawa artinya air yang wangi atau sungai yang mengeluarkan wewangian yang harum baunya. Nama ini menjadi nama kota di ujung timur pulau Jawa yang diambil dari cerita legenda rakyat. Legenda ini bercerita tentang kisah cinta sang Raja dengan Permaisurinya yang cantik yang merupakan putri raja dari kerajaan yang ditaklukkan. Namun sayang kisah cinta ini berakhir pilu karena sang permaisuri difitnah akan berkhianat dan menaklukkan sang raja dan akhirnya sang Permaisuri dibunuh di sebuah sungai. Ternyata fitnah tidak terbukti dan sungai tempat permaisuri tersebut dibunuh mengeluarkan bau yang wangi/harum semerbak dan masyarakat kemudian menyebutnya "Banyuwangi".
Banyak hal menarik di Banyuwangi berkaitan dengan tempat wisata dan kuliner. Salah satunya adalah makanan "Sego Tempong". Sego Tempong adalah makanan khas dengan menu seafood goreng berisi ikan, udang dan cumi ditambah sayur-sayuran rebus yang menyegarkan. Keunikannya adalah pada sambel yang menjadi ciri utama. Sambelnya terkenal enak dan pedas, sehingga disebut tempong atau nampar banget. Sebagian daerah menyebutnya nendang banget tapi disini cara meramu dan ngulek yang special membuat rasanya panas dan membara. Tamu tamu asing menyebutnya "hot and burning like fire".
Penduduk aslinya disebut orang "Osing" yang merupakan sisa-sisa transisi dari budaya Hindu dan Islam yang merupakan peninggalan kerajaan Blambangan dan mereka menggunakan bahasa Osing.
Penduduk Banyuwangi juga terkenal dengan kepercayaan mistisnya sampai terjadi tragedi politik penyerangan pada 100 dukun santet di tahun 1998. Tapi pada umumnya kemampuan mistis itu banyak di gali sekitar Alas Purwo yang merupakan daerah hutan cagar alam yang konon katanya banyak dihuni berbagai makhluk halus seperti jin, gundoruwo dan sebangsanya. Namun para pencari ilmu mistis itu tetap masuk ke hutan tersebut untuk mencari penyugihan, pengasihan dan ilmu kebal lainnya.
Kami rombongan BBSP sengaja memilih destinasi Banyuwangi bukan hanya karena keindahan pantai, hutan, wista kuliner atau fenomena kawah ijennya tapi untuk mempersiapkan program infrastruktur energi bersih untuk saudara-saudara kita yang di daerah terpencil, tertinggal dan di kepulauan penjuru Indonesia.
Program ini disebut Pendampingan BBM satu harga, yang bertujuan menyediakan Infrastruktur Energi Surya untuk kenderaan listrik didaerah terpencil termasuk sepeda motor listrik dan perahu listrik.
Setelah penyusunan program komplit dan lengkap disertai action-plan, tim bersiap untuk bergerak naik ke pegunungan Ijen sebagai persiapan pendakian ke puncak kawah Ijen.
Gerbang pendakian ke kawah Ijen akan dibuka pada pukul 02.00 WIB, para pendaki lokal dan asing akan berlomba untuk menyaksikan blue-fire fenomena alam yang langka dan hanya ada dua dunia ini yaitu di Ijen/Banyuwangi dan Islandia.
Kalau di Amerika ada slogan "Dream Team" untuk tim basketnya, di bbsp kami menyebutnya "team build dreams" ketika kita ingin membangun mimpi-mimpi sebagai visi dan tujuan bersama.
Ternyata untuk mencapai puncak kawah Ijen membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperhitungkan namun keindahan yang ditawarkan sangat luar biasa. Pemandangan kawah hijau yang berisi asam folat (hehehe, maksudnya asam sulfat) dengan kemurnian mencapai 100% dan bau belerang yang menyengat diantara para penambang belerang yang tangguh.
Namun untuk melihat blue-fire kita harus turun ke dasar kawah dekat danau asam konsentrat tinggi. Menurut guide yang mendampingi kami kalau dulunya api biru tersebut bisa dilihat dari atas bibir kawah dan sekarang apinya semakin mengecil dan harus dilihat ke dasar kawah.
Kekecewaan ini baru disadari ketika kita sampai dipuncak karena umumnya berita ini tidak tersampaikan agar minat wisatawan dunia tidak berkurang. Dulu blue-fire terlihat sangat besar bisa sebesar truk kalau dilihat dari puncak, namun sekarang hanya berupa garisan corona pada jaringan SUTET pada udara yang berembun.