First Flight after Grounded,
Alhamdulillah, setelah dua tahun lebih grounded nggak boleh terbang karena Pandemi Covid19, akhirnya dapet giliran juga first-flight untuk survei PLTS ke Kabupaten Delapan Dewa di Buton Selatan. Semoga pemerintah segera mengumumkan Pandemi ini menjadi Endemi agar lebih banyak lagi kesempatan terbang kitahhhh.
Lets fly......!!!
Buton I m coming......
Semua orang-orang jaman dulu tahu kalau Pulau Buton adalah penghasil Aspal alam. Ditemukan oleh Belanda sejak diawal tahun 30an dan menjadi bagian hapalan pelanjaran geografi anak-anak sekolah. Anak-anak jaman NOW tidak lagi menghapalkannya, mereka lebih mengenal nick-name "Wakatobi".
Dari Makasar atau Kedari kita bisa terbang dengan pesawat baling-baling ke tiga airport Bau bau di Pulau Buton atau Wangi wangi dan Tomea di Kepulauan Wakatobi.
Ada Tiga alasan orang terbang ke Buton, pertama Wisata Laut Wakatobi,kedua Wisata Budaya Benteng Kesultanan Buton dan ketiga untuk Bisnis Tambang Aspal Alam Buton.
Aspal Buton merupakan salah satu dari tiga aspal alam yang ada di dunia yaitu di Trinidad (Amerika Latin) dan Iran. Aspal Buton mempunyai cadangan terbesar diantaranya dengan cadangan mencapai 666jt ton. Jika kebutuhan infrastruktur jalan pertahunnya sekitar 2jt ton maka cukup untuk pembangunan selama 300 tahun.
Walaupun cadangannya besar tapi belom ada jalan tol kita yang dibangun dengan aspal buton, sepertinya kita lebih memilih aspal residu kilang minyak yang sebagian besar berupa komponen import.
Anak-anak milineal lebih mengenal nama Wakatobi sebagai wisata taman laut walaupun sebenarnya itu hanyalah merupakan nama singkatan dari kepulauan Wangi wangi, Kadelupa, Tomia dan Binongko. Orang Belanda jaman dahulu menyebut kepulauan ini dengan Tukangbesi (blackschmit) karena kekaguman mereka banyaknya peralatan yang sudah menggunakan bahan metal.