Salah seorang jamaah dari Jawa Tengah berkesempatan berinfak diloket "donation & gift" dengan menyampaikan sedikit pesan hadiah ini dari dirinya dan Almarhum Ayahnya.
Satu malam kemudian, jamaah tersebut bermimpi bertemu almarhum Ayahnya yang dengan suka cita datang memeluknya dan mengusap-usap kepalanya. Sholawat!!!.
Destinasi selanjutnya adalah mengunjungi Mashhad, kota terbesar kedua di Iran. Perjalanan sejauh 900km dari Qom ditempuh dengan kereta api malam dengan fasilitas tempat tidur. Kami berangkat jam 4 sore dan diharapkan tiba pukul 6 pagi.
Menarik dalam perjalanan ini, kereta terpaksa berhenti sekitar 15 menit ketika penumpang melakukan sholat magrib dan isya di suatu tempat tertentu. Kalau ditanah air kita menggaungkan "Akhlak diatas Fiqih", disini Fiqih mengalahkan perjalanan Kereta Api.
Untung saja tidak ada kebijakan di Iran yg mengharuskan pesawat udara untuk mendarat untuk menunggu penumpang melakukan sholat. Hanya saja pernah dikeluarkan peraturan pesawat udara tidak boleh diberangkatkan menjelang waktu subuh.
Mashhad dalam artian bahasa merupakan tempat syahid. Disinilah Imam Ali Reza as dimakamkan. Beliau diberi nama Reza atau Ridho dalam artian orang yang selalu disenangi kawan dan lawan.
Komplek makam beliau merupakan pusat religi terbesar didunia dan dikunjungi peziarah hampir 27 juta orang setiap tahunnya. Kota Mashhad menjadi kota yang maju dan modern karena keberadaan makam beliau. Para peziarah merasa nyaman dan senang berziarah ke Imam Reza as.
Salah satu kelebihan kota Mashhad adalah Cincin yang indah dan tersohor. Batu Phirus dan Akik Syarafusam khas dari kota ini ditambah kerajinan perak pengikat yang indah. Sepulang berziarah para peziarah menikmati suguhan surga berbelanja berbagai hiasan batu Phirus. Rasa syukur dan terimakasih kami kepada Imam Reza as atas kesempatan berziarah dan keindahan kota Mashhad.
Perjalanan berikutnya adalah berpindah dari budaya Persia ke budaya Arab. Dua jam penerbangan dari Masshad ke Najjaf membawa kita ke dua cita rasa berbeda, "Iraqi tea or Irani tea", kekentalan teh yang berbeda dengan kemanisan yang berlebih.
Najaf-Karbala adalah perjalanan 80km "Arbain-Walk" sejatinya. Setiap langkah kaki yang kita lemparkan menjadi doa Bunda Fatimah az Zahra untuk peziarah putranya Al Husein. Para Malaikat suci mengaminkan doa para Aimah as, semoga para peziarah yang tertatih mencapai kebersihan diri atas cintanya kepada Al Husein.
Diantara puluhan juta peziarah Al Husein, seorang jamaah terpaku menatap nanar kemewahan kubah emas Al Husein, berbicara dalam hatinya, manalah mungkin aku menggapaimu ya Maulana kalau untuk melangkahpun tidak mungkin diantara jutaan orang pecintamu.